×
Perubahan iklim semakin marak terjadi dan mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan manusia, sama halnya dengan masyarakat pesisir di Desa Bantan
Tengah, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau yang merasakan dampak
signifikan. Di satu sisi, nelayan dan istri nelayan telah erat kaitannya dengan
ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan kehidupan dan
beradaptasi peran seorang istri sangat dibutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan
menerapkan agensi melalui cara-cara atau ide-ide kreatif seorang istri nelayan yang
memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar lingkungannya. Selaras dengan hal
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika ekologi
masyarakat pesisir sebagai akibat dari perubahan iklim dan praktik agensi istri
nelayan dalam menghadapi dampak perubahan iklim berbasis sustainable
livelihood pada masyarakat pesisir. Penelitian ini dijalankan dengan menerapkan
metode kualitatif beserta pendekatan fenomenologi. Sumber data berasal dari
sumber primer dan sekunder. Kelengkapan data didapatkan melalui data primer
seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selain itu, memanfaatkan data
sekunder tulisan-tulisan ilmiah seperti buku, jurnal, analisa literatur, kebijakan
pemerintah, skripsi, artikel ilmiah, dan berita yang didapatkan secara online yang
berkaitan dengan penelitian. Dalam menentukan informan, penelitian ini
menggunakan purposive sampling. Teori Praktik Sosial dari Pierre Bourdieu dipilih
dalam penelitian ini untuk melihat dan menganalisis fenomena ini. Penelitian ini
menunjukkan bahwa nelayan mengalami dampak perubahan iklim berupa angin
dan kecepatan angin yang berpengaruh pada gelombang dan arus, pencemaran
melalui air kotor, munculnya banyak sampah, berubah serta terbatasnya area fishing
ground, dan berkurangnya jumlah tangkapan ikan. Hal tersebut menyebabkan istri
nelayan harus melakukan agensi berupa menciptakan siasat berniaga ikan,
diversifikasi pengolahan hasil tangkapan menjadi ikan masin, membangun strategi
untuk menjaga kualitas arang bakau, berburu pinang di orang jawa, dan memancing
ikan di bawah pokok bakau. Segala agensi dilakukan dengan memanfaatkan faktor
pendukung di dalam aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini, melalui
sustainable livelihood framework dilengkapi rumus generatif praktik sosial yang
dihasilkan dari habitus, modal, dan ranah menyebabkan nelayan dan istri nelayan
mampu bertahan serta berusaha mendapatkan kehidupan yang berkelanjutan di
tengah-tengah perubahan iklim yang mengancam kehidupan.