×
Penelitian
ini bertujuan, Pertama, untuk
mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pendidikan inklusi dalam pembelajaran
sejarah di SMA Negeri 8 Surakarta, Kedua,
mengidentifikasi kendala dan solusi pelaksanaan pendidikan inklusi dalam
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 8 Surakarta. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal.
Sumber data penelitian ini diantaranya informan (semua guru sejarah SMA Negeri
8 Surakarta, Guru Koordinator Inklusi, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, peserta
didik berkebutuhan khusus dan salah satu teman sekelasnya), peristiwa
pembelajaran sejarah, dan dokumen (modul, ATP, dan CP sejarah kelas XI dan XII).
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil sumber data yang
dianggap memiliki informasi yang penting dan kuat dari pembahasan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Teknik uji validitas yang digunakan adalah triangulasi teknik dan sumber data.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, Pertama, implementasi pendidikan inklusi
di SMA Negeri 8 Surakarta secara umum belum dilakukan dengan maksimal. Akan
tetapi, penerapan pendidikan inklusi dalam pembelajaran sejarah dapat dikatakan
cukup maksimal. Proses pembelajaran yang diberikan guru sesuai dengan kebutuhan
peserta didik berkebutuhan khusus, walaupun modul ajar yang diberikan sama
seperti modul ajar pada umumnya. Proses pembelajaran yang dilakukan pada
peserta didik tunalaras memiliki perbedaan yaitu pada cara komunikasi dan pola
pemberian tugas khususnya tugas kelompok bagi peserta didik tunalaras.
Sedangkan pada peserta didik tunadaksa, guru tetap memberikan cara pembelajaran
yang sama. Kedua, kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan inklusi dalam pembelajaran sejarah di SMA
Negeri 8 Surakarta adalah pada metode pemberian tugas khususnya tugas kelompok
dan cara komunikasi bagi peserta didik tunalaras. Solusi yang diberikan guru
adalah memberikan kelonggaran pada saat memilih kelompok, pendekatan dan
komunikasi secara halus bagi peserta didik tunalaras.