Gerakan #MeToo telah menjadi fenomena global yang mendorong perubahan dalam kebijakan terkait pelecehan seksual di berbagai negara, termasuk China. Penelitian ini menganalisis pengaruh Gerakan #MeToo di China (2018–2020) dalam mendorong legalisasi definisi pelecehan seksual dalam Pasal 1010 Civil Code menggunakan teori Transnational Advocacy Network dari Keck dan Sikkink. Dengan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini mengkaji empat strategi advokasi: information politics, symbolic politics, leverage politics, dan accountability politics. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gerakan #MeToo di China secara efektif memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai pelecehan seksual, membangun solidaritas melalui simbol dan narasi yang kuat, serta melibatkan aktor internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintah. Selain itu, organisasi seperti Equality (Beijing) memainkan peran penting dalam advokasi dengan memberikan rekomendasi hukum yang akhirnya berkontribusi pada disahkannya Pasal 1010 dalam Civil Code pada Mei 2020. Temuan ini menegaskan bahwa advokasi transnasional dapat menjadi alat efektif dalam menekan negara untuk melakukan reformasi kebijakan, meskipun menghadapi tantangan sensor dan represi pemerintah.