Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan keadaan klinis akibatmikroorganisme dalam urin dengan jumlah yang sangat banyak dan menyebabkaninfeksi pada saluran kemih. Antibiotik merupakan obat untuk mengobati infeksiyang disebabkan oleh bakteri. Namun, sering ditemukan penggunaan antibiotikyang tidak tepat dan berakibat terjadinya resistensi terhadap bakteri. Oleh karenaitu, perlu dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan efektivitasterapi antibiotik secara kualitatif (ketepatan penggunaan antibiotik) dan kuantitatif(jumlah antibiotik yang digunakan).Penelitian ini merupakan studi observasional retrospektif yang dilakukan diRumah Sakit UNS selama periode tahun 2023–2024. Teknik pengambilan sampelmenggunakan metode non-probability sampling dengan pendekatan consecutivesampling, dengan kriteria inklusi pasien ISK berusia 18–40 tahun yang menjalaniterapi antibiotik. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kualitatifmenggunakan metode gyssens dan secara kuantitatif menggunakan metodeATC/DDD.Hasil penelitian didapatkan antibiotik paling banyak sering digunakanadalah seftriakson tunggal, yaitu sebesar 47,37%. Analisis evaluasi kualitatifmenunjukkan bahwa hanya 5,88% penggunaan antibiotik yang masuk dalamkategori rasional berdasarkan metode gyssens. Sementara itu, total nilaipenggunaan antibiotik secara kuantitatif adalah sebesar 97,42 DDD/pasien-hari.Tiga antibiotik yang paling banyak digunakan berdasarkan analisis Drug Utilization(DU) 90?alah seftriakson, siprofloksasin parenteral, dan asam pipemidik.Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien ISK masihdidominasi oleh pola yang belum sepenuhnya rasional, sehingga diperlukanpeningkatan pengawasan dan intervensi untuk mendorong penggunaan antibiotikyang rasional.