Hubungan antara petani dan tengkulak merupakan struktur sosial ekonomi yang umum dijumpai dalam sektor pertanian di Indonesia. Salah satu bentuk hubungan ini dikenal sebagai hubungan patron-klien, di mana patron adalah pihak yang memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya, sedangkan klien adalah pihak yang secara ekonomi lebih lemah dan bergantung pada dukungan patron. Di Kampung Jambu Karangsono, Blitar, hubungan ini berkembang secara unik dan tidak bersifat eksploitatif, ditandai dengan kerja sama serta saling menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk hubungan patron-klien antara petani dan tengkulak, memahami perspektif petani terhadap peran tengkulak dalam pemasaran hasil pertanian, serta mengidentifikasi dampak ekonomi dari hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan analisis dokumen. Temuan menunjukkan bahwa tengkulak tidak hanya bertindak sebagai pembeli, tetapi juga sebagai penyedia modal, jaminan pasar, dan pendamping teknis. Hubungan ini menciptakan stabilitas ekonomi bagi petani, namun juga menimbulkan tingkat ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan model kemitraan yang berbasis pemberdayaan untuk membantu petani menjadi lebih mandiri dalam mengelola pemasaran dan mengakses pasar yang lebih luas.