Kehidupan di masa depan akan semakin kompetitif dan kompleks, maka secara tidak langsung anak dituntut untuk memiliki keterampilan sosial sebagai sarana beradaptasi dengan masyarakat yang juga berlaku sepanjang hidupnya. Hal ini berlaku tidak hanya untuk anak normal, namun juga untuk anak dengan kebutuhan khusus, terutama anak tunarungu. Maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) upaya orang tua dengan anak tunarungu untuk memiliki keterampilan sosial yang baik di masyarakat. 2)menganalisis kendala-kendala yang akan dihadapi oleh orang tua anak berkebutuhan khusus dalam mengoptimalkan keterampilan sosial anak. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Dramaturgi oleh Erving Goffman. Teori ini bertumpu pada asumsi bahwa kehidupan ini diibaratkan sebagai panggung sandiwwara, dimana individu digambarkan sebagai aktor yang harus memberikan citra baik di panggung depan (Front stage), padahal di belakang layar (Backstage) para aktor juga merupakan manusia biasa yang dapat secara bebas mengekspresikan emosinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Informan yang dipilih merupakan ibu anak tunarungu, tetangga anak tunarungu, dan ketua sanggar inklusi. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui wawancara,observasi, serta dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Keterampilan sosial anak tunarungu berkembang secara bervariasi dan dipengaruhi oleh lingkungan serta peran orang tua. 2) Orang tua anak tunarungu mengalami kendala utama pada ekonomi dalam mengakses kebutuhan anak, terutama untuk pengadaan alat bantu dengar (ABD) dan terapi lanjutan. 3) Berbagai upaya dilakukan orang tua untuk mengoptimalkan keterampilan sosial anaknya, antara lain mengikutsertakan anak ke dalam sanggar inklusi.