Mutu produk menjadi faktor kunci bagi industri Shuttlecock dalam memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 0036:2014. Sentra IKM Shuttlecock di Desa Sumengko, Kabupaten Nganjuk, menghadapi tantangan signifikan dalam penjaminan mutu, di mana 50?ri produk yang diuji tidak memenuhi standar dan memerlukan proses ulang. Penelitian ini menganalisis titik-titik kritis dalam rantai nilai produksi Shuttlecock yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat defect produk. Dengan menggunakan metode analisis rantai nilai, wawancara mendalam, dan FMECA, penelitian ini mengeksplorasi tujuh titik kritis yang ditetapkan oleh SNI 0036:2014 dan kemungkinan adanya titik kritis tambahan. Selain itu, model penilaian berdasarkan Risk Priority Number (RPN) dan pembobotan menggunakan AHP dikembangkan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap pengurangan tingkat defect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan titik-titik kritis berbeda di setiap IKM, yang mencerminkan fleksibilitas dalam manajemen mutu. Pembobotan AHP mempengaruhi urutan prioritas titik-titik kritis di berbagai IKM, memberikan alternatif keputusan dalam penentuan titik-titik kritis yang sensitif terhadap pengurangan defect produk.