Kemacetan lalu lintas di Kota Surakarta terus meningkat akibat tingginya mobilitas masyarakat dan dominasi

kendaraan pribadi yang menyebabkan masalah seperti peningkatan emisi karbon, polusi udara, serta

menurunnya efisiensi mobilitas. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga mengurangi

kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Sebagai solusi, diusulkan pembangunan Transit Hub sebagai

fasilitas terpadu yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi umum dengan pendekatan Arsitektur

Berkelanjutan. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan

mendorong penggunaan transportasi publik yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Untuk mendukung solusi tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan prinsip Arsitektur Berkelanjutan

dalam perencanaan Transit Hub di Surakarta. Pendekatan ini mengintegrasikan enam prinsip meliputi

penggunaan lahan dan tapak, strategi energi, pengelolaan air, material, komunitas lingkungan, serta prinsip

kesehatan dan kesejahteraan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Pendekatan ini dipilih

untuk memahami kondisi tapak dan konteks lokal secara mendalam melalui observasi dan studi literatur terkait

Arsitektur Berkelanjutan. Metode ini memungkinkan pengembangan solusi desain yang tidak hanya relevan

dengan kebutuhan lokal, tetapi juga mendukung keberlanjutan dalam jangka panjang.