Perkembangan zaman yang semakin kompleks memiliki tantangan tersendiri bagi setiap individu, terutama pada generasi muda. Dalam hal ini, memiliki karakter yang kuat dan tangguh menjadi penting untuk bertahan dari pengaruh negatif. Generasi stroberi yang diibaratkan seperti buah stroberi yang mudah hancur ketika mendapatkan tekanan memiliki karakter yang cenderung mudah menyerah ketika berhadapan dengan masalah atau tantangan. Karakter ini muncul sebagai bentuk respon terhadap kondisi zaman dan tekanan sosial serta tidak semua individu dari generasi tersebut memiliki sifat yang sama. Dalam konteks ini, pola asuh orang tua berperan penting mempengaruhi pembentukan karakter anak, terutama karakter generasi stroberi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk pola asuh orang tua dapat membentuk karakter anak yang cenderung menjadi karakter generasi stroberi atau tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti menggunakan teori struktural fungsional AGIL oleh Talcott Parsons. Data diperoleh melalui hasil wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling meliputi informan anak, orang tua, dan pihak tetangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang didapatkan berbentuk otoriter dan demokratis. Dalam hal ini bentuk pola asuh pada 6 keluarga informan lebih dominan demokratis daripada bentuk otoriter. Pola asuh yang tidak tepat seperti bersikap terlalu keras dan memanjakan anak dapat mendorong terbentuknya karakter generasi stroberi pada anak. Selain itu analisis dari pendekatan AGIL mengkalisifikasikan bentuk tindakan orang tua dalam mengasuh anak melalui proses adaptasi, tujuan, integrasi, dan latensi. Oleh karena itu bentuk pola asuh orang tua yang diimplementasikan dalam tindakan sehari-hari berdampak pada pembentukan karakter anak.