Potensi daya tarik yang mampu memacu perkembangan pariwisata secara cepat dapat berupa suatu kawasan yang memiliki keunikan alam atau budaya. Keunikan alam atau budaya tersebut menjadi daya tarik intrinsik yang dijadikan basis dalam pengembangan pariwisata. UNESCO sebagai organisasi dunia yang berkewajiban dalam menetapkan kebudayaan sebagai sebuah warisan dunia telah menetapkan 5 warisan budaya indonesia sebagai world cultural heritage, salah satunya yaitu Situs Manusia Purba Sangiran yang terletak di Kawasan Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sragen disebutkan bahwa Kawasan Sangiran merupakan kawasan cagar budaya yang didalamnya mengandung temuan fosil homoerectus yang mewakili 60% temuan di Indonesia dan 50% temuan di dunia. Dengan potensinya yang sangat langka tersebut, Pemerintah Kabupaten Sragen melakukan pengembangan Kawasan Sangiran sebagai destinasi wisata unggulan berbasis pariwisata cagar budaya dengan mengoptimalkan pengembangan kawasan ke dalam 5 klaster museum yang terdiri dari Klaster Museum Krikilan, Klaster Museum Dayu, Klaster Museum Bukuran, Klaster Museum Manyarejo dan Klaster Museum Ngebung. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian Kawasan Sangiran sebagai kawasan pariwisata cagar budaya dengan menggunakan analisis skoring dan metode deskriptif kuantitatif. Terdapat 5 komponen yang dikaji dalam penelitian ini yaitu komponen daya tarik wisata cagar budaya, komponen sarana dan prasarana penunjang pariwisata cagar budaya, komponen kontribusi kelembagaan pendukung pariwisata cagar budaya, komponen aktivitas masyarakat, serta komponen kebijakan dan program. Pengambilan data dilakukan melalui observasi lapangan, survey instansi, studi literatur dan wawancara kepada pihak pengelola museum (MCB Sangiran) dan Kepala Desa di 5 Klaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian kawasan sangiran mendapatkan skor 78% yang artinya tergolong sesuai sebagai kawasan pariwisata cagar budaya.