Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kognitif peserta didik dalam menghadapi berbagai hambatan selama melaksanakan program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMA Negeri 4 Surakarta, sehingga mereka mampu memahami, menjalani, dan menyelesaikan pembelajaran proyek dengan baik. Melalui metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur, observasi partisipan, dan dokumentasi. Proses wawancara melibatkan informan yang berperan dalam P5 diantaranya tim kurikulum, fasilitator P5, dan peserta didik kelas XII. Observasi dilakukan melalui pengamatan pelaksanaan P5 kelas XII di SMA Negeri 4 Surakarta. Dokumentasi dilakukan melalui salinan surat keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia mengenai program P5 dan modul ajar program P5. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Proses keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Proses analisis data menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles, Huberman, dan Saldana melalui tahap kondensasi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, selama proses belajar P5 diantaranya sosialisasi, pengantar materi, pelaksanaan proyek, hingga gelar karya peserta didik menunjukkan dinamika pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Pelaksanaan P5 mampu mendorong mereka untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, memperkuat keterampilan komunikasi, kerja sama dalam kelompok, dan menunjukkan kreativitas. Namun, peserta didik menghadapi berbagai macam hambatan baik dari aspek kognitif dan sosial dalam proses belajar selama menyelesaikan proyek. Hambatan dari aspek kognitif seperti belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis proyek, kebingungan dalam memahami dan mengerjakan proyek, ketidakjelasan instruksi dari fasilitator, serta beban yang tumpang tindih. Hambatan dari aspek sosial seperti teman tidak kooperatif, komunikasi buruk, serta perbedaan karakter dan gaya belajar. Peserta didik pun mencoba mengembangkan strategi untuk menghadapi berbagai hambatan. Diantaranya menanamkan mindset untuk berani mencoba hal baru, melakukan adaptasi saat bekerja kelompok dan mengatur waktu dengan baik, menerapkan skala prioritas, berdiskusi dengan teman dan fasilitator, serta mencari referensi tambahan dengan memanfaatkan internet. Hal ini, membawa peserta didik pada tahap keseimbangan kognitif (equilibrium) yang memungkinkan mereka mampu memahami pelaksanaan P5. Ditandai, peserta didik mampu menyesuaikan antara tuntutan eksternal dengan kemampuan internal diri serta menyimpulkan keuntungan dan kerugian P5. Pelaksanaan P5 di SMA Negeri 4 Surakarta sejalan dengan tahapan perkembangan kognitif Piaget yaitu skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibrium.