Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) bentuk konflik sosial dalam novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi; (2) bentuk nilai pendidikan karakter dalam novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi; dan (3) kebermanfaatannya hasil analisis bentuk konflik sosial dan nilai pendidikan karakter dalam novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi sebagai materi pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas. Metode penelitian yang digunakan, yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan sosiologi sastra. Sumber data penelitian, yaitu dokumen dan informan. Teknik pengambilan sampel penelitian ini, yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data analisis dokumen dan wawancara informan. Peneliti menganalisis dokumen berupa novel dan wawancara informan dengan 1 pendidik dan 2 peserta didik di SMA. Teknik uji validitas data yang digunakan, yaitu triangulasi teori dan triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik analisis data interaktif. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut: (1) terdapat tiga bentuk konflik sosial dalam novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi. Ketiga bentuk konflik sosial tersebut, meliputi: konflik interindividu, konflik antarindividu, dan konflik antarkelompok. Konflik antarindividu menjadi bentuk konflik sosial yang mendominasi, diperoleh keseluruhan 23 data. Hal tersebut karena tokoh dalam novel tersebut bertentangan antara individu satu dengan individu lainnya. Terjadinya konflik tersebut disebabkan karena perbedaan pendapat, gagasan, argumen, kepentingan, ataupun berhubungan dengan perbedaan pilihan atau pandangan; (2) terdapat enam bentuk nilai pendidikan karakter dalam novel tersebut yang merujuk pada dimensi profil pelajar Pancasila, meliputi: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dimensi pertama menjadi nilai pendidikan karakter yang mendominasi, diperoleh keseluruhan 20 data. Hal tersebut karena tokoh dalam novel mencerminkan akhlak beragama, akhlak sesama manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara; dan (3) hasil kajian terkait bentuk konflik sosial dan nilai pendidikan karakter dalam novel tersebut dapat dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran sastra melalui CP dan TP yang telah ditentukan. Selain itu, hasil kajian tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai materi pembelajaran sastra karena telah memenuhi kriteria kelayakan materi ajar seperti mengacu pada tujuan pengajaran, menggunakan bahan yang penting dan baik, mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik, mempunyai nilai praktis atau manfaat, dan tata urutan yang mudah dipelajari.