Adistia Akses Alviani. K8421001. Pembimbing: Dr. Atik Catur Budiati, S.Sos., M.A. STRATEGI SCAFFOLDING GURU UNTUK MENGHADAPI PESERTA DIDIK DIGITAL NATIVE DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 4 SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2025. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis strategi guru dalam memberikan bantuan pembelajaran sosiologi kepada peserta didik digital native, (2) menganalisis dampak pemberian bantuan dalam penguasaan materi sosiologi bagi peserta didik digital native, (3) menganalisis tantangan yang dialami guru dalam praktik scaffoling yang diterapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis fenomenologi. Sumber data penelitian ini meliputi informan (Guru Sosiologi, peserta didik, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana), observasi (kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di SMA Negeri 4 Surakarta) dan dokumen (website sekolah, media pembelajaran guru, lembar kerja peserta didik (LKPD) dari guru, dan hasil pekerjaan pada LKPD peserta didik). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik uji validitas adalah triangulasi teknik dan sumber. Analisis data dengan menggunakan teknik Creswell. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, Pertama, guru memberikan pemodelan melalui pemberian materi pemantik, menjelaskan materi pembelajaran, serta menyampaikan tujuan dan petunjuk penugasan. Guru juga mendampingi dan membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan ketika peserta didik mengerjakan materi sesuai instruksi yang diberikan guru. Selain itu, guru mengurangi bantuan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan pekerjaan secara mandiri, sedangkan guru melakukan pemantauan yang berkaitan dengan aktivitas pengerjaan tugas, penggunaan gadget peserta didik, dan pengumpulan tugas. Kedua, Dampak positif terlihat dari hasil tugas peserta didik yang menunjukkan kemampuan dalam memahami konteks permasalahan, menunjukkan tanggung jawab dan kemandirian, serta dapat memberikan kesimpulan. Meskipun begitu, dampak negatif tetap terlihat, seperti perbedaan kemampuan peserta didik dalam memahami analisis, serta adanya materi yang perlu dipelajari kembali karena penyampaian guru kadang terlalu banyak bercerita dan menggunakan bahasa yang terlalu tinggi. Ketiga, Guru menghadapi empat tantangan dalam praktik scaffolding yang diterapkan, seperti keterlambatan pengumpulan tugas akibat perbedaan motivasi dan karakter peserta didik, kesulitan mengajar di kelas yang pasif, karakteristik peserta didik yang mudah bosan, dan guru mengalami kendala dalam mengimbangi keterampilan digital peserta didik. Namun, hal ini mulai teratasi seiring kebiasaannya dalam menggunakan teknologi digital, dukungan laptop dari sekolah, dan pelatihan rutin dari sekolah.