Dialektika Komunikasi Perempuan Penjual Ikan dalam Relasi Kerja (Studi Kasus di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur) Peneliti: Lucy Max Tim Promotor: Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si Prof. Prahastiwi Utari, Ph.D Ign. Agung Satyawan, Ph.D Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkonstruksi dialektika komunikasi Perempuan Penjual Ikan (PPI) dalam hubungan kerja dengan lingkungan internal dan eksternal antarkelompok pemasaran perikanan skala kecil. Kurangnya kesediaan untuk berkomunikasi secara terbuka menjadi awal konflik antara PPI dengan suami, antarsesama PPI dan antara PPI dengan pemilik modal. Dialektika komunikasi PPI ditelusuri melalui ketegangan antarwacana dalam pembicaraan serta kemampuan PPI untuk terlibat dalam dialog. Urgensi penelitian mengemuka sejalan dengan agenda negara untuk memberdayakan kelompok masyarakat perikanan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki komunikasi dengan PPI, sehingga upaya pemberdayaan dapat lebih berdaya guna. Tiga pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu 1) Bagaimana situasi relasi kerja perempuan penjual ikan di ruang domestik dan publik dihadirkan dalam pembicaraan antara perempuan penjual ikan dengan suami, sesama perempuan penjual ikan dan pemilik modal di Lewoleba? 2a) Bagaimana PPI di Kota Lewoleba menavigasi ketegangan dialektis internal dengan suami? b) Bagaimana perempuan penjual ikan menavigasi ketegangan eksternal antarkelompok dengan sesama perempuan penjual ikan dan pemilik modal di Kota Lewoleba?, 3) Bagaimana cara perempuan penjual ikan di Lewoleba mengatasi konflik dalam relasi dengan suami dan dalam relasi kerja yang melibatkan sesama perempuan penjual ikan dan pemilik modal? Penelitian kualitatif varian studi kasus tunggal ini menggunakan teknik purposive sampling dengan 15 orang PPI, 8 orang suami dan 2 orang pemilik modal sebagai informan, bertempat tinggal di kampung nelayan Bajo dan kampung nelayan Kubur Cina di kota Lewoleba. Data emik melalui wawancara mendalam dan observasi digunakan untuk membangun interpretasi. Analisa data menggunakan Pentad Drama Kenneth Burk. Dua teori utama yang digunakan yaitu Relational Dialectics Theory (Baxter) dan Social Relations Approach (Naila Kabeer). Kualitas penelitian diupayakan melalui deskripsi dan penjelasan detail atas temuan penelitian, triangulasi sumber data, dan melibatkan informan untuk mendiskusikan keakuratan temuan kualitatif berdasarkan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menemukan empat tema pembicaraan dalam komunikasi antarpribadi PPI, yaitu pilihan tempat dan cara berjualan ikan, rendahnya harga jual ikan, keterbatasan akses bantuan perikanan dan hutang pinjaman berbunga tinggi. Masing-masing tema memiliki makna sentripetal dan sentrifugal yang berbeda, yang menunjukkan adanya tension perebutan makna antarwacana. Dalam relasi internal dengan suami, ditemukan dialektika berbicara – diam, sedangkan dalam relasi eksternal antarkelompok ditemukan dialektika bergabung dan memisahkan diri, dialektika kepastian dan ketidakpastian, dialektika dibantu berdiri dan berdiri sendiri, serta dialektika preskripsi dan penyelubungan. Dalam semua dialektika itu, kecenderungan negasi, countering dan entertaining muncul sebagai hasil interaksi antarwacana. Temuan dialektika komunikasi PPI menunjukan bahwa negara turut andil menciptakan kondisi ketidaksetaraan gender, misalnya dalam kebijakan pasar tradisional dan fasilitas kredit yang tidak pro-gender. Pasar yang berorientasi pada maksimalisasi keuntungan dan kompetisi, juga tidak memberi ruang bagi PPI untuk memiliki daya saing di tengah berbagai keterbatasan. Hilangnya sensor kepedulian kolektif sebagai komunitas kampung nelayan, menjadi lahan suburnya kondisi keterdesakan ekonomi perempuan. Dalam konteks keluarga, sistem patriarki menjadi dasar mekanisme pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki, yang dalam banyak hal menghasilkan relasi yang tidak setara. Secara makro penelitian ini menemukan tiga konsepsi dialog dalam relasi kerja perempuan, yaitu dialog yang konstitutif, dialog dalam ujaran/ucapan serta dialog sebagai kepekaan kritis. self becoming menjadi titik masuk memahami dialog, yaitu cara mendefinisikan dunia sosial, termasuk diri sendiri dan hubungan yang dijalani dengan orang lain. Kebaruan empiris penelitian ini yaitu menjadikan menjadikan komunikasi antarpribadi PPI sebagai fokus riset untuk memahami bagaimana mereka menghadirkan diri dalam relasi kerja. Sedangkan kebaruan teoretis menyangkut elaborasi arti penting dialektika dalam RDT dengan menyertakan konsep relasi sosial dalam SRA untuk mengkonstruksi fenomena hubungan struktural yang bias gender dalam latar belakang budaya patriarki, sebagai prakondisi perluasan RDT dalam relasi kerja. Revitalisasi dialog yang melibatkan perempuan secara lebih proporsional menjadi mendesak. Misalnya, membuka dialog yang lebih intens dengan masyarakat nelayan, memastikan ketersediaan informasi yang relevan serta melibatkan mereka dalam pembicaraan terkait pasar tradisional. Semua proses itu dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan budaya Lamaholot tentang eksistensi komunikasi dalam tata laku hidup bermasyarakat. Rekomendasi riset lanjutan dibutuhkan untuk menelusuri kemampuan komunikasi institusional, dalam konteks komunikasi organisasi, untuk melakukan dialog di ruang publik dengan masyarakat yang dikenai kebijakan pemerintah.