Pendahuluan: Kanker ovarium merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Tingginya angka kekambuhan, terutama pada stadium lanjut (80% kejadian), menjadi tantangan dalam penatalaksanaan kanker ovarium. Deteksi dini terhadap risiko rekurensi sangat penting untuk menentukan strategi monitoring dan terapi lanjutan. Skor ROVAR menjadi salah satu yang digunakan oleh klinisi untuk menilai rekurensi, namun penggunannya yang menbutuhkan CT-Scan, membuat skor ini sulit digunakan pada daerah dengan sumber daya terbatas.

Tujuan: Mengetahui peran parameter klinis, laboratorium, dan karakteristik tumor sebagai prediktor kejadian rekurensi pada pasien kanker ovarium.

Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif pada 968 pasien kanker ovarium di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode September 2019–September 2023. Parameter yang diteliti meliputi usia, asites, hemoglobin, NLR, PLR, trombosit, albumin, CA-125, stadium, dan grading tumor. Analisis dilakukan untuk menilai hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan kejadian rekurensi.

Hasil: Dari 968 pasien kanker ovarium, sebanyak 262 pasien (27%) mengalami rekurensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa asites (p = 0,043), PLR >145 (p = 0,001), CA-125 ≥50 U/mL (p = 0,009), stadium lanjut (p < 0>grading tumor dengan diferensiasi buruk (p = 0,001) merupakan prediktor independen kejadian rekurensi. Stadium lanjut merupakan faktor dengan pengaruh paling kuat terhadap kejadian rekurensi. Sementara itu, variabel usia, hemoglobin, trombosit, NLR, dan albumin tidak memiliki nilai prediktif secara signifikan.

Simpulan: Asites, PLR >145, CA-125 ≥50 U/mL, stadium lanjut, dan grading tumor yang buruk terbukti sebagai prediktor independen kejadian rekurensi kanker ovarium. Kombinasi dari parameter ini dapat dikembangkan menjadi model prediktif sederhana yang aplikatif, terutama di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas.