Perubahan struktur demografi yang ditandai dengan peningkatan jumlah lansia menjadi tantangan penting dalam pembangunan perkotaan, khususnya di Kota Yogyakarta yang memiliki persentase penduduk lanjut usia tertinggi di Indonesia. Fenomena ini menuntut penyediaan ruang kota yang inklusif, adaptif, dan mendukung kualitas hidup kelompok lansia secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian Kota Yogyakarta terhadap konsep kota ramah lansia yang mengacu pada teori para ahli, pedoman nasional maupun internasional dengan sasaran utama mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan komponen kota ramah lansia dalam memenuhi kebutuhan lansia dari aspek fisik maupun sosial.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan dan penyebaran kuesioner kepada kelompok lansia yang tersebar di seluruh kecamatan. Instrumen penelitian disusun berdasarkan tujuh dimensi kota ramah lansia hasil sintesis teori yang meliputi ruang terbuka hijau, transportasi umum, pedestrian, sarana pelayanan kesehatan, dukungan sosial, interaksi antargenerasi ramah lansia, dan advokasi hak dasar lansia. Teknik analisis menggunakan sistem pembobotan dan penilaian terhadap masing-masing indikator guna menilai kesesuaian implementasi kota ramah lansia pada Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta memiliki kecenderungan positif terhadap implementasi prinsip kota ramah lansia, khususnya pada dimensi transportasi umum, sarana pelayanan kesehatan, dukungan sosial, dan interaksi antargenerasi ramah lansia. Meskipun demikian, tantangan masih ditemukan pada aspek penyediaan fasilitas ruang terbuka hijau, pedestrian yang inklusif, serta advokasi perlindungan hukum yang belum tersegmentasi bagi lansia. Oleh karena itu, diperlukan penguatan regulasi dan perencanaan lintas sektor agar Kota Yogyakarta mampu mewujudkan lingkungan perkotaan yang lebih ramah, adil, dan berkelanjutan bagi seluruh kelompok usia lanjut.