Dear Dirgahayu Hidayat. B0221018. 2025. Kebebasan Perempuan Pascareformasi: Kritik Sastra Feminis terhadap Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu. Skripsi: Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.

            Alasan yang mendasari dilakukannya penelitian ini, yakni adanya wacana kebebasan perempuan pascareformasi yang dihadirkan oleh pengarang sastra wangi yakni Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu melalui narasi dan pandangannya. Permasalahan tersebut akan mendobrak kekuasaan androsentris melalui konstruksi perempuan yang dibangun secara berbeda oleh kedua pengarang tersebut.

            Penelitian ini mengkaji Kebebasan Perempuan Pascareformasi melalui cara pandang pengarang Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu dalam karya sastra yaitu novel Saman (1998) dan Mereka Bilang, Saya Monyet! (2002). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana konstruksi perempuan dalam konteks kebebasan perempuan pascareformasi dalam Saman (1998) karya Ayu Utami dan Mereka Bilang, Saya Monyet! (2002) karya Djenar Maesa Ayu? (2) Bagaimana wacana feminis dalam pandangan pengarang? (3) Bagaimana konsep kebebasan perempuan pascareformasi dibangun oleh pengarang? Tujuan penelitian ini untuk membongkar ideologi Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu melalui karyanya dengan menggunakan kritik sastra feminisme

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis teks naratif melalui kritik sastra feminis. Objek material berupa novel Saman (1998) dan Mereka Bilang, Saya Monyet! (2002) karya Djenar Maesa Ayu. Objek formal berupa wacana tentang kebebasan perempuan pascareformasi yang disampaikan oleh Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu. Data primer penelitian ini diambil dari tata naratif dan narasi feminisme dalam novel Saman (1998) dan Mereka Bilang. Saya Monyet! (2002) karya Djenar Maesa Ayu. Data sekunder berupa gagasan kebebasan perempuan yang dihadirkan oleh kedua pengarang. Teknik interpretasi data yang digunakan dengan teknik membaca dan mencatat.

            Hasil penelitian menunjukkan pandangan Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu memiliki urgensi yang sama yakni berusaha memaknai kembali kebebasan perempuan pascareformasi dalam belenggu patriarki. ekspresi radikalisme mereka memiliki empat perbedaan mendasar: (1) akar kegelisahan Ayu yang berakar pada stereotipe negatif patriarki, sedangkan Djenar pada pengalaman kekerasan seksual di lingkungan keluarga; (2) fokus kritik Ayu pada legitimasi kekerasan atas nama agama, sedangkan Djenar pada persoalan seksualitas perempuan; (3) latar sosial Ayu dari keluarga religius yang memengaruhi spiritualisme kritisnya, sedangkan Djenar dari lingkungan urban yang mendorong pembongkaran tabu; dan (4) wujud ekspresi radikalisme Ayu yang mengedepankan pemahaman spiritualisme kritis, sedangkan Djenar pada keberanian mendobrak tabu seksualitas perempuan