Proyek Bendungan Bener merupakan proyek dengan tingkat kompleksitas pekerjaan yang tinggi, sehingga menuntut manajemen risiko teknis yang tepat guna mencegah penurunan produktivitas dan potensi kegagalan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko teknis yang berpotensi terjadi pada Proyek Pembangunan Bendungan Bener Paket 1 dan 4 dari sudut pandang kontraktor serta merumuskan strategi respon risiko untuk risiko-risiko dominan melalui wawancara ahli. Pengumpulan data dilakukan melalui studi lapangan, wawancara mendalam, dan kuesioner penilaian. Responden berasal dari pihak kontraktor, berjumlah total 13 orang, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Responden tersebut meliputi tim teknik, tim operasi, serta manajerial proyek sebagai pengambil keputusan dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode yang digunakan dalam analisis data ialah integrasi metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan serta potential cause & effect-nya dengan tiga parameter utama, yaitu keparahan (severity), frekuensi kejadian (occurrence), dan kemampuan deteksi (detection). Untuk meningkatkan objektivitas dan menghilangkan subjektivitas penilaian, Fuzzy AHP diterapkan guna menentukan bobot kepentingan dari setiap parameter penilaian atau kriteria tersebut. Hasil akhir didapatkan nilai Fuzzy Risk Priority Number (FRPN) yang lebih akurat dibanding dengan nilai RPN konvensional. Hasil penelitian menunjukkan risiko-risiko teknis dominan dengan peringkat berurutan adalah Desain yang tidak sesuai kondisi lapangan dengan FRPN 479,28, Keterlambatan pekerjaan beton dengan FRPN 385,59, Kurangnya ketersediaan bahan material timbunan dengan FRPN 374,71, Kerusakan alat berat dan kendaraan pengangkut dengan FRPN 314,07, dan Blast design yang tidak sesuai dengan area dan elevasi yang ditentukan dengan FRPN 310,74. Integrasi metode FMEA dan Fuzzy AHP menghasilkan prioritas risiko yang lebih akurat dan sistematis yang kemudian dijadikan referensi untuk perencanaan strategi mitigasi risiko pada proyek konstruksi bendungan lainnya yang berskala besar dan kompleks.