Guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) memiliki tantangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru di sekolah umum. Diperlukan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus, kesabaran yang tinggi, serta kesehatan fisik dan mental yang baik untuk melaksanakan proses pengajaran secara optimal. Tanpa kemampuan untuk menghadapi tantangan, proses pengajaran dapat menjadi sangat sulit dan berpotensi menyebabkan stres bagi para guru. Oleh karena itu, guru SLB memerlukan resiliensi agar dapat bertahan dalam situasi yang penuh tantangan. Selain itu, perhatian dari keluarga dan masyarakat sekitar juga dapat menunda, meminimalkan, atau bahkan menetralkan efek negatif yang dialami guru. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada guru SLB di Surakarta. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 74 partisipan guru dari tujuh SLB. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dan Interpersonal Support Evaluation List-12 (ISEL-12), kemudian dianalisis dengan regresi linier sederhana. Hasil analisis menunjukkan persamaan regresi Y = 2,193 + 0,288X dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0>