Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana percobaan dan pelatihan kerja terhadap pelaku anak dalam kasus kekerasan terhadap anak, dengan studi kasus Putusan Nomor 2/Pid.Sus-Anak/2022/PN Pti. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif dengan menganalisis dokumen putusan pengadilan dan peraturan perundang-undangan terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim telah mengedepankan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dengan menjatuhkan pidana percobaan dan pelatihan kerja kepada pelaku anak. Pendekatan ini dinilai lebih efektif untuk rehabilitasi dan reintegrasi sosial pelaku dibandingkan pidana penjara. Putusan ini juga telah memenuhi ketentuan pembuktian sesuai Pasal 183 KUHAP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pidana percobaan dan pelatihan kerja sebagai alternatif dari pidana penjara mencerminkan pendekatan rehabilitatif dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia. Saran dari penelitian ini adalah dilakukan sosialisasi intensif mengenai prinsip kepentingan terbaik bagi anak kepada hakim dan aparat penegak hukum, serta evaluasi berkala terhadap putusan pidana anak untuk memastikan implementasi prinsip tersebut. Penguatan koordinasi antar instansi terkait juga diperlukan guna memberikan dukungan komprehensif bagi pelaku dan korban. Selain itu, sistem peradilan pidana anak hendaknya lebih menekankan pemulihan psikologis korban dengan melibatkan tenaga ahli dan mewajibkan pelaku berkontribusi dalam proses pemulihan korban.