Peningkatan kasus miopia pada remaja akibat penggunaan gadget yang berlebihan menjadi masalah kesehatan mata yang serius, terutama dikalangan pelajar SMA. Rendahnya kesadaran akan dampak jangka panjang miopia serta kurangnya media edukasi visual yang menarik bagi Gen Z turut memperparah kondisi ini. Tugas akhir ini bertujuan untuk merancang kampanye edukasi mengenai gangguan mata miopia yang ditujukan kepada remaja SMA di Surakarta melalui media sosial Instagram. Kampanye ini mengusung judul “Jarak Dua Jengkal” sebagai representasi anjuran menjaga jarak aman saat menggunakan perangkat digital. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekaan Design Thingking, meliputi tahapan empathize, define, ideate, prototype, testing, dan implementasi. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan tenaga medis dari Poli mata Rs Indriati, kuesioner kepada pelajar SMA, serta observasi visual target audiens. Analisis semiotika Charles Sanders Peirce digunakan untuk mengkaji makna tanda visual pada konten kampanye. Hasil perancangan berupa media edukasi berbentuk konten Instagram (carousel, reels, dan motion graphic) dengan gaya visual clean, minimalis, dan modern, yang disesuaikan dengan karakteristik remaja Gen Z. Berdasarkan hasil pengujian kepada 36 responden pelajar SMA, mayoritas responden menyatakan bahwa kampanye ini mudah dipahami, meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga jarak pandang, serta memiliki tampilan visual yang menarik. Simbol-simbol larangan dan anjuran yang digunakan juga dinilai komunikatif secara visual. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye “Jarak Dua Jengkal” efektif sebagai media edukasi visual dalam menyampaikan informasi terkait pencegahan miopia.