×
Pnelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui
sejarah berdirinya industri kelapa sawit di Bangka, (2) Mengetahui perkembangan
industri kelapa sawit di Bangka tahun 1980-2018, serta (3) Menganalisis
pengaruh industri kelapa sawit terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Bangka
tahun 1980-2018. Penelitian ini menggunakan metode sejarah atau historis dengan
pendekatan ekonomi. Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber primer (arsip
Badan Pusat Statistik (BPS), laporan tahunan dinas Perkebunan Bangka, surat kabar
tahun 1980-2018, dan informan dengan petani tanaman rakyat, pekebun kelapa
sawit, serta karyawan perusahaan kelapa sawit), dan sumber sekunder berupa
buku, artikel, dan referensi lain yang relevan. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan
dengan analisis historis melalui tahapan kritik sumber, interpretasi, dan
historiografi. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,
industri kelapa sawit di Bangka dimulai pada tahun 1980 dengan pendirian
perkebunan pertama oleh PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) di
Desa Kacung, sebagai bagian dari strategi ekspansi yang didukung oleh status
Penanaman Modal Asing (PMA) dan kebijakan pembangunan nasional Orde Baru,
khususnya program Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Aktivitas awal mencakup
pembibitan dan penanaman, sementara pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
dilakukan di luar Bangka. Kedua, pada periode 1980-2000, industri kelapa
sawit berkembang pesat seiring masuknya perusahaan besar dan penerapan program
PIR. Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2000 mendorong
peningkatan jumlah perusahaan dan perluasan lahan, dari 13.318 hektare pada
tahun 1994 menjadi 58.788 hektare pada tahun 2018. Produksi mencapai 131.068
ton. Sistem distribusi menunjukkan ketimpangan antara petani plasma dan
mandiri, sementara pemerintah berupaya menciptakan transparansi harga. Ketiga,
industri kelapa sawit di Bangka antara 1980-2018 memberikan dampak ekonomi
berupa pergeseran mata pencaharian, peningkatan pendapatan, dan daya beli
masyarakat. Ekspansi lahan menimbulkan degradasi lingkungan dan ketergantungan
ekonomi pada satu komoditas. Perubahan sosial juga terjadi, ditandai dengan
memudarnya nilai kolektif dan munculnya hubungan kerja individual.