Kejaksaan merupakan institusi penegak hukum yang memegang peran sentral dalam menjaga supremasi hukum di Indonesia. Jaksa, sebagai aktor utama dalam institusi ini, tidak hanya dinilai dari kinerjanya di bidang hukum, tetapi juga dari bagaimana mereka menampilkan diri dalam interaksi publik. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi strategi komunikasi dan presentasi diri jaksa di Kejaksaan Negeri Surakarta dalam membangun citra profesional dengan menggunakan perspektif dramaturgi Erving Goffman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap enam jaksa dari berbagai bidang penugasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaksa secara strategis mengelola komunikasi di panggung depan (frontstage) dan panggung belakang (backstage). Di panggung depan, jaksa menampilkan komunikasi formal, tegas, dan otoritatif untuk membangun citra profesional, terutama dalam ruang sidang, pemeriksaan, dan forum resmi. Di panggung belakang, mereka menunjukkan gaya komunikasi yang lebih santai dan personal, termasuk dalam interaksi keluarga, komunitas, dan penggunaan media sosial, namun tetap menjaga batas etik dan integritas profesi. Batas antara frontstage dan backstage ditemukan tidak lagi tegas karena tuntutan publik dan media sosial menjadikan kedua ruang ini saling beririsan. Teknik manajemen kesan seperti self-promotion, exemplification, intimidation, ingratiation, dan supplication digunakan secara adaptif sesuai konteks dan audiens. Faktor gender, senioritas, budaya institusi, dan dinamika media digital juga memengaruhi strategi komunikasi jaksa dalam menjaga citra profesional. Penelitian ini secara tegas memperluas penerapan teori dramaturgi dengan menunjukkan bahwa manajemen kesan jaksa merupakan proses identitas berkelanjutan yang bersifat reflektif, adaptif, dan kontekstual, tidak hanya sebagai performa sesaat. Temuan ini memberikan kontribusi teoretis dalam penguatan perspektif dramaturgi untuk studi komunikasi profesi hukum di Indonesia, serta kontribusi praktis sebagai rujukan bagi institusi kejaksaan dalam penguatan etika profesi dan strategi komunikasi kelembagaan yang responsif terhadap ekspektasi publik.