Penulis Utama : Wahyudi Prasetyo
NIM / NIP : H0306101
× RINGKASAN Pabrik Gula Mojo terletak di Desa Mojo, Kecamatan Sragen Kota, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. PG Mojo dalam menjalankan usahanya menghadapi perubahan jumlah produksi, harga, dan biaya produksi. Perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan Break Even Point (BEP) yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai titik impas atau BEP serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahan-perubahan harga, jumlah produksi, dan biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya penerimaan dan produksi perusahaan dalam keadaan mencapai Break Even Point, menganalisis luas lahan yang digunakan PG. Mojo agar mencapai kondisi Break Even Point, menganalisis keterkaitan perubahan biaya input produksi, harga jual produk dan jumlah produk terhadap luas lahan yang digunakan dalam mencapai BEP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Lokasi penelitian dan sampel dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Pabrik Gula Mojo di Kabupaten Sragen. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, 2) pendekatan perhitungan luas lahan, dan 3) analisis sensitivitas. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Secara keseluruhan penerimaan dan produksi gula PG Mojo pada tahun 2004 – 2008 telah mencapai BEP, hal tersebut dapat diketahui dari rata-rata penerimaan dan produksi gula yang lebih besar dari rata-rata BEP gula (Rp) dan BEP gula (Kw) yaitu Rp. 28.839.346.000 dan 64.776,48 Kw lebih besar dari Rp. 17.253.318.122,06 dan 39.716,12 Kw. 2) Secara keseluruhan luas lahan PG Mojo pada tahun 2004 – 2008 telah mencapai BEP, hal tersebut dapat diketahui dari rata-rata luas lahan PG Mojo yaitu 4273,284 Ha lebih besar dari rata-rata BEP luas lahan yaitu 941,53 Ha. 3) Luas lahan yang dimilki PG Mojo masih melampaui BEP luas lahan, walaupun mengalami perubahan variabel yaitu peningkatan maupun penurunan harga gula sebesar 1,5%, jumlah produksi 13,2% dan biaya produksi 4,7%. Saran yang diberikan adalah: 1) PG Mojo hendaknya lebih meningkatkan pendampingannya kepada para petani tebu mitra, dengan cara menambah jumlah tenaga penyuluh. Sehingga diharapkan petani akan dapat menambah pengetahuannya tentang teknik budidaya tebu dan informasi tentang varietas-varietas tebu unggul yang telah teruji/telah dilakukan percobaan di daerah sragen. Karena setiap varietas memiliki karakteristik yang berbeda-beda, belum tentu suatu varietas mempunyai produksi tinggi di suatu daerah tertentu dapat berproduksi tinggi pula di daerah lain. 2) PG Mojo hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitas kemitraan dengan petani tebu dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada petani mitra seperti bibit unggul, pupuk dengan harga murah, serta kredit dengan bunga yang lebih rendah. Sehingga dengan demikian akan lebih banyak petani tebu yang akan bergabung. Dengan bertambahnya petani mitra, maka luas lahan atau jumlah tebu yang disetor ke PG akan semakin meningkat dan nantinya PG akan dapat meningkatkan jumlah produksi gula, sehingga keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat. 3) Hendaknya PG Mojo menularkan kesuksesannya kepada PG-PG yang lain, baik dalam hal kemitraan atau peningkatan rendemen, kepada PG yang produksinya masih rendah dikarenakan petani mitra sedikit dan juga rendeman yang rendah. Harapannya, sehingga PG lain juga dapat mencapai tingkat produksi dan rendemen yang tinggi, yang nantinya secara umum akan dapat meningkatkan produksi nasional. SUMMARY Mojo Sugar Factory located in Mojo Village, Sragen City Subdistrict, Sragen Regency, Central Java. Mojo Sugar Factory can run its business facing the change of production number, price, and production cost. Such variables change will affect the profit and Break Even Point (BEP) reached by the company. For that reason, there should be a further analysis on Break Even Point as well how its sensitivity are the price, production number and production cost changes. This research aims are to find out the company’s size of revenue and production in the condition reaching the Break Even Point, to find out the land width the PG. Mojo used in order to reach the Break Even Point, to find out the correlation between the change of production input cost product selling price, and product number, and the land width used in reaching BEP. The method used in this study is a descriptive method, with the case study as the implementation technique. The location and sample of research were chosen purposively, namely, the Mojo Sugar Factory in Sragen Regency. Method of analyzing data used were 1) the calculation of Break Even Point in unit and Rupiahs, 2) land width estimation approach, and 3) sensitivity analysis. From the result of research it can be found that: 1) totally, the PG Mojo’s revenue and production during 2004-2008 period reaches BEP, it can be seen from the mean sugar revenue and production higher than the mean sugar BEP (RP) and sugar BEP (Kw), that is, Rp. 28,839,346,000 and 64,776.48 Kw higher than Rp. 17,253,318,122.06 and 39,716.12 Kw. 2) Totally the land width of PG. Mojo during 2004-2008 period has reached BEP, it can be seen from the mean land width of PG Mojo of 4273,284 Ha larger than the average BEP of land width of 941.53 Ha. 3) the land width the PG Mojo has exceeds the land width BEP, although it encounters the variable change that is the sugar price increase and decrease of 1.5%, production number of 13.2% and production cost of 4.7%. The recommendation given includes: 1) PG. Mojo management should improve the assistance so that the partner sugar farmers, by increasing the knowledge about the sugar culture technique and information about the superior sugarcane varieties tested/trialed in Sragen areas. Because each variety has different characteristic, a variety not certainly has high production in a certain area with high production in other area. 2) PG Mojo should continually improve the quality and quantity of partnerships with sugarcane farmers by improving the facilities provided to the farmers' partners such as seeds, fertilizers with low prices, as well as loans with lower interest. Consequently be more sugar cane farmers who will join. By increasing farmers' partners, the area of land or the amount paid to the sugarcane will increase PG and PG will be able to increase the amount of sugar production, so the benefits will also increase. 3) PG Mojo should transmit his success to other PG, both in terms of the partnership or increased yield, to which PG production is still low due to the farmers and also partners rendemen little low. The hope, so that other PG could also achieve levels of production and high yield, which will generally be able to increase production.
×
Penulis Utama : Wahyudi Prasetyo
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : H0306101
Tahun : 2010
Judul : Analisis break event point (bep) pada industri pengolahan tebu di pabrik gula (pg) Mojo kabupaten Sragen
Edisi :
Imprint : Surakarta - F. Pertanian - 2010
Program Studi : S-1 Sosial Ekonomi Pertanian
Kolasi :
Sumber : UNS-F. Pertanian Jur. Agrobisnis-H.0306101-2010
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Setyowati, SP. MP.
2. Erlyna Wida Riptanti, SP. MP.
Penguji :
Catatan Umum : 34/2010
Fakultas : Fak. Pertanian
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.