×
Jahe merah memiliki potensi besar untuk dikembangkan, namun perbanyakan
tanaman masih menjadi kendala utama. Tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan
jenis pupuk organik yang paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan bibit
jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dan menganalisis kelayakan
usahatani dari proses pembibitan tersebut. Kegiatan dilaksanakan di
Laboratorium Pertanian Universitas Sebelas Maret, Karanganyar, Jawa Tengah,
pada bulan April–Juni 2025. Metode yang digunakan meliputi identifikasi
lingkungan (pengukuran suhu, kelembaban tanah, kadar CO₂, dan intensitas
cahaya), praktik lapang
(persiapan media tanam,
penanaman, dan perawatan
bibit), wawancara (untuk mengetahui tingkat konsumsi jahe merah), dan analisis usahatani (untuk menilai kelayakan
usahatani). Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kotoran hewan sapi,
kambing, ayam, dan pupuk tanaman Indigofera. Variabel pengamatan meliputi
persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah
daun, dan analisis usahatani yaitu biaya variabel,
biaya tetap, biaya total, penerimaan, pendapatan, R/C ratio, B/C ratio, dan
BEP. Hasil menunjukkan bahwa pupuk kotoran hewan sapi memberikan pertumbuhan
bibit terbaik dengan persentase tumbuh 42%, rata- rata tinggi tanaman 28,3
cm, dan jumlah daun 8 helai.
Berdasarkan segi kelayakan usaha, hanya perlakuan pupuk kotoran hewan sapi yang
memiliki R/C ratio atas biaya total lebih dari 1 (1,06), menunjukkan layak
secara ekonomi. Perlakuan lain menunjukkan nilai di bawah 1 sehingga belum
layak diusahakan. Oleh karena itu, pupuk kotoran hewan sapi direkomendasikan
sebagai pilihan utama untuk pembibitan jahe merah, baik dari segi pertumbuhan
tanaman maupun kelayakan usaha.