×
Jambu air merupakan komoditas hortikultura yang digemari oleh
masyarakat Indonesia. Produksi jambu air di Indonesia terus meningkat setiap
tahun yang mencerminkan prospek ekonomi tinggi sehingga
mendorong masyarakat untuk membudidayakan. Peningkatan minat masyarakat
dalam membudidayakan jambu air berakibat pada peningkatan permintaan
terhadap bahan tanam. Pengadaan bahan tanam jambu air secara konvensional
membutuhkan waktu relatif lama dan harga relatif mahal. Jambu air dapat
diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Stek menjadi alternatif dalam
perbanyakan jambu air karena lebih praktis dan murah. Stek konvensional
menggunakan tanah membutuhkan perawatan lebih intensif dan kondisi tanah
yang sesuai dengan pertumbuhan. Stek pucuk dengan teknik rakit apung dapat
menjadi pilihan untuk menyiapkan bahan tanam. Kelemahan teknik tersebut
adalah kekurangan oksigen terlarut sehingga mengganggu pembentukan dan
pertumbuhan akar. Oleh karena itu, diperlukan aerator untuk menghasilkan
gelembung udara yang secara efektif dapat meningkatkan sirkulasi udara atau
oksigenasi di daerah perakaran. Selain itu diperlukan penambahan vitamin B1
untuk mempercepat pertumbuhan akar dan meningkatkan kemampuan adaptasi
terhadap lingkungan. Tahap lanjutan berupa aklimatisasi diperlukan agar tanaman
mampu beradaptasi dari media air ke media padat sebelum ditanam di lapangan.
Tujuan percobaan untuk mengkaji pertumbuhan stek pucuk jambu air
menggunakan rakit apung dengan penambahan aerasi dan vitamin B1.
Penelitian melalui percobaan dilaksanakan pada bulan Desember 2024 –
Februari 2025 pada suatu lahan di Desa Karangasem, Kleco, Laweyan, Surakarta.
Lahan percobaan berada di koordinat 7˚33’21.5”LS dan 110˚46’54.5”BT dengan
ketinggian sekitar 92 meter dari permukaan laut (mdpl). Percobaan dilakukan
dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial yang terdiri dari dua
faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu durasi aerasi yang terdiri dari 3 taraf (A1 =
durasi aerasi 8 jam/hari, A2 = durasi aerasi 16 jam/hari, A3 = durasi aerasi 24
jam/hari) dan faktor kedua yaitu vitamin B1 yang terdiri dari 2 taraf (V0 = tanpa
vitamin B1, V1 = pemberian vitamin B1). Parameter yang diamati pada tahap rakit
apung yaitu waktu muncul kalus, waktu muncul akar, jumlah akar, panjang akar,
dan persentase stek berakar. Parameter yang diamati pada tahap aklimatisasi
yaitu tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun, dan persentase keberhasilan
aklimatisasi.
Hasil percobaan teknik rakit apung pada stek pucuk jambu air menunjukkan
bahwa peran durasi aerasi dan vitamin B1 terhadap waktu muncul kalus, waktu
muncul akar, dan persentase stek berakar tidak nyata. Pertumbuhan akar stek
pucuk jambu air pada media air dengan durasi aerasi dan vitamin B1 mencapai
sekitar 33 hingga 52%. Vitamin B1 (thiamin) tidak secara langsung memicu
pembentukan akar, tetapi berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme
karbohidrat dan membantu tanaman mengatasi stres. Pada fase awal
pembentukan akar, kebutuhan oksigen masih rendah sehingga durasi aerasi
belum memberikan pengaruh. Jumlah akar dipengaruhi oleh interaksi durasi aerasi
dan vitamin B1. Interaksi durasi aerasi 16 jam/hari dengan pemberian vitamin B1
menghasilkan jumlah akar tertinggi. Parameter panjang akar dipengaruhi oleh durasi aerasi. Perlakuan aerasi 24 jam/hari menghasilkan panjang akar tertinggi.
Pada tahap aklimatisasi tinggi tanaman, jumlah tunas dan jumlah daun awal
berkorelasi terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas dan jumlah daun akhir.
Persentase keberhasilan aklimatisasi yaitu sebesar 32%.