Pertanian berperan penting dalam ketahanan pangan nasional, namun regenerasi petani menjadi tantangan karena mayoritas petani berusia di atas 45 tahun. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pertanian dan Perikanan melaksanakan Program Gerakan Membangun Petani Milenial (Gerbang Tami). Program ini bertujuan menarik generasi muda ke sektor pertanian melalui pelatihan, pendampingan teknis, serta dukungan sarana dan prasarana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan lokasi di Kecamatan Bulu, Sukoharjo. Informan ditentukan secara purposive berjumlah 14 orang, terdiri dari petani milenial, penyuluh, keluarga, dan tokoh masyarakat. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan metode interaktif Miles dan Huberman. Validitas data diperkuat dengan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Gerbang Tami melaksanakan kegiatan strategis, antara lain pelatihan alat dan mesin pertanian, pelatihan pengolahan hasil, pemasaran digital melalui marketplace, serta penyelenggaraan Sukoharjo Agropolitan Expo. Dampaknya terlihat pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Secara sosial, program memperluas jejaring antarpetani milenial, membangun komunitas aktif, serta meningkatkan rasa percaya diri dan kolaborasi. Secara ekonomi, program mendorong inovasi produk olahan, memperluas akses pasar, dan meningkatkan kemampuan pemasaran digital. Dari aspek lingkungan, program memperkenalkan teknologi ramah lingkungan seperti pupuk organik dan mekanisasi efisien. Dari sisi efektivitas, program cukup berhasil menjangkau generasi muda yang berminat di pertanian, dengan sosialisasi masif, pencapaian regenerasi petani, dan pemantauan melalui evaluasi rutin. Kesimpulannya, Program Gerbang Tami berperan penting dalam menyiapkan petani milenial yang adaptif, inovatif, dan berkelanjutan. Keberhasilan program memerlukan pendampingan serta evaluasi berkelanjutan.