Penelitian ini membahas mengenai Tuindorp Kalioerang sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan di Yogyakarta yang eksis pada tahun 1919 hingga 1942. Penelitian ini bertujuan menganalisis latar belakang Kaliurang dikembangkan menjadi tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan, mengetahui proses pembangunan Tuindorp Kalioerang tahun 1922-1936, dan mengetahui dinamika Tuindorp Kalioerang sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan tahun 1937-1942.Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas lima tahapan, yakni pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis berupa arsip, surat kabar, buku panduan wisata, dan gambar sezaman yang diperoleh dari DPAD DIY, Perpustakaan Sonobudoyo Yogyakarta, Koninklijke Bibliotheek, Nationaal Archief van Nederland, Koninklijke Instituut voor Taal-Land en Volkenkunde (KITLV), Nationaal Museum van Nederland dan NIOD Instituut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan Kaliurang menjadi tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan didorong oleh keberadaan pesanggrahan dan kondisi ekologis serta geografis yang ideal. Pada tahun 1919, Kaliurang secara resmi dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan dengan nama Tuindorp Kalioerang yang merupakan reduksi dari konsep tuindorp (desa taman) di Belanda. Pembangunan Tuindorp Kalioerang dilaksanakan pada tahun 1922 hingga tahun 1936 menghadirkan berbagai komponen meliputi penginapan, fasilitas publik, dan fasilitas rekreasi. Selain itu, dilakukan modernisasi dengan menghadirkan pasokan air, aksesibilitas, komunikasi, dan listrik. Perkembangan ini menarik perhatian sejumlah pihak, seperti KNIMC dan Jogja Vooruit yang ikut mempromosikan Tuindorp Kalioerang, kemudian pengunjung di Tuindorp Kalioerang pun menunjukkan diversitas, tidak hanya orang Eropa, melainkan juga Jawa dan Cina. Antusiasme ini mendorong adanya intensifikasi Tuindorp Kalioerang pada tahun 1938-1940. Kedatangan Jepang di Yogyakarta pada awal tahun 1942 berimplikasi terhadap Tuindorp Kalioerang yang dijadikan daerah operasi militer.Kesimpulan dari penelitian ini adalah selama tahun 1919 hingga 1942 Tuindorp Kalioerang berkembang menjadi tempat peristirahatan dan rekreasi pegunungan di Yogyakarta yang awalnya diproyeksikan untuk orang Eropa, tampak dari penggunaan nama tuindorp dimaksudkan untuk mendesain Kaliurang selayaknya permukiman di Eropa serta berbagai komponen yang dihadirkan juga disesuaikan dengan kebutuhan orang Eropa. Hanya saja, pada realisasinya, Tuindorp Kalioerang tidak hanya dikunjungi oleh orang Eropa, melainkan juga orang non-Eropa, seperti Jawa dan Cina.