Transportasi berperan penting  dalam aktivitas manusia, baik untuk pengangkutan barang maupun penumpang.  Sebelum adanya transportasi modern seperti kereta api di wilayah Afdeeling  Ponorogo, para pribumi dalam mengangkut hasil komoditasnya menggunakan transportasi  tradisional seperti kuda dan kerbau, sehingga kurang memadai dalam mengangkut  hasil komoditas. Oleh karena itu, Staatsspoorwegen berupaya untuk  membangun jalur kereta api Madiun-Slahung yang bertujuan untuk mendukung  perekonomian masyarakat Afdeeling Ponorogo. Penelitian ini bertujuan,  pertama, menjelaskan alasan adanya pembangunan jalur kereta api Madiun-Slahung.  Kedua, mengidentifikasikan pembangunan jalur kereta api di Afdeeling  Ponorogo 1905-1933. Ketiga, menganalisis pengaruh adanya jalur kereta api  terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis  yang terdiri dari empat tahapan yakni, Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik  Sumber (verifikasi), Interpretasi, dan Historiografi. Teknik pengumpulan sumber  diperoleh dari koleksi ANRI, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, serta website  Delpher. Studi Pustaka juga dilakukan untuk menelusuri berbagai buku, jurnal  ilmiah, maupun riset ilmiah yang berkaitan dengan kereta api dan Ponorogo. Dari  pengumpulan sumber data, kemudian dianalisa dan diinterpretasilan berdasarkan  kronologisnya.Hasil penelitian menunjukkan, pertama, mengkaji  perkembangan transportasi di Afdeeling Ponorogo pada masa kolonial  Belanda. Penduduk di Ponorogo tiap tahunnya mengalami pertumbuhan dari 85.000  jiwa menjadi 418.000 jiwa tahun 1915 dengan perekonomian yang berbasis  pertanian. Sebelum adanya kereta api, masyarakat Ponorogo mengandalkan  transportasi tradisional seperti kuda yang memiliki keterbatasan dan biaya  operasional yang tinggi. Kedua, Pembangunan jalur kereta api Madiun-Ponorogo  disahkan melalui Staatsblad No. 11 tahun 1905 dengan panjang jalur 56 km  dan selesai pada tahun 1907. Jalur tersebut kemudian diperluas sampai Slahung  pada 1919 dan beroperasi tahun 1922. Ketiga, hadirnya jalur kereta api  cabang membawa pengaruh penting terhadap mobilitas penduduk dan mobilitas  barang. Meskipun menghadapi krisis ekonomi sekitar tahun 1930-an, transportasi  kereta api ini tetap memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ekonomi  dan sosial di Afdeeling Ponorogo.Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan  bahwa pembangunan jalur kereta api Madiun-Ponorogo yang diperluas hingga  Slahung tahun 1922 berhasil mentransformasi sistem transportasi di Afdeeling  Ponorogo dari transportasi tradisional yang terbatas menjadi transportasi  modern. Kehadiran transportasi kereta api ini memberikan pengaruh yang sangat  penting terhadap peningkatan mobilitas penduduk dan barang, serta mendukung  perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat yang berbasis pertanian. Bahkan pada  tahun 1930-an, transportasi ini tetap bertahan saat krisis ekonomi.