Nasionalisme Indonesia tumbuh sebagai reaksi atas ketidakadilan yang terjadi pada rakyat. Kaum intelektual yang memiliki kesadaran adanya ketidakadilan menyuarakan pemikiran mereka pada organisasi pergerakan dan surat kabar sebagai media komunikasi. Surat kabar merupakan salah satu media yang digunakan dalam menggaungkan pergerakan kebangsaan oleh para tokoh pergerakan, khususnya pada penelitian ini pada rentang tahun 1933-1942. Penelitian ini bertujuan, pertama, menjelaskan situasi politik pada tahun 1933. Kedua, menguraikan tentang peran surat kabar Pemandangan dalam membantu pergerakan. Ketiga, mengungkap pemikiran nasionalisme Indonesia yang direpresentasikan oleh Muhammad Masserie, Doeta Koesoemaningrat, Mohammad Tabrani, dan Anwar Tjokroaminoto.Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang terdiri dari empat tahapan, yakni Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik sumber atau Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi. Pada proses interpretasi, penelitian ini menggunakan analisis isi. Melalui teknik tersebut, peneliti mengidentifikasi serta mengelompokkan topik-topik yang menjadi pokok pemikiran seorang tokoh. Setelah mengkategorikan topik-topik tersebut, dilakukan penafsiran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber utama yakni surat kabar Pemandangan, surat kabar sezaman, arsip Overzicht van de Inlandsche en Maleisch-Chineesche Pers, Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie, dan Staatsblad Tahun 1931. Hasil penelitian menunjukkan, pertama, perjuangan pergerakan terdiri dari dua corak yakni radikal dan kooperatif. Pada masa pergerakan kooperatif khususnya, surat kabar digunakan sebagai mediator ide pergerakan. Meskipun kebijakan kolonial Belanda terhadap penerbitan surat kabar terlampau ketat, akan tetapi masih terdapat beberapa surat kabar pribumi yang bertahan menyuarakan gagasan kesadaran kebangsaan. Kedua, surat kabar Pemandangan sebagai media aspirasi tokoh pergerakan memuat banyak karya tulis dari tokoh pergerakan. Ketiga, dalam Pemandangan terdapat pemikiran Muhammad Masserie, Doeta Koesoemaningrat, Mohammad Tabrani, dan Anwar Tjokroaminoto. Keempat tokoh memiliki muara yang sama, yakni nasionalisme Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat kabar memiki peran penting pada masa pergerakan. Salah satu surat kabar yang terbit adalah Pemandangan, yang memiliki moto “Berpedoman Islam dan Kebangsaan, Memperjuangkan Keadilan Sosial, dan Tidak Berpartai”. Moto tersebut menjadi pedoman arah redaksi penerbitan surat kabar. Pemikiran nasionalisme Indonesia dari keempat tokoh yang tercantum dalam Pemandangan memiliki nada yang sama dengan moto yang diemban surat kabar ini, yakni Berpedoman Islam dan Kebangsaan. Meski demikian dari keempat tokoh tidak sepenuhnya secara eksplisit menyebutkan Islam sebagai landasannya.