Dusun Tumang terletak di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Dusun ini dikenal sebagai sentra kerajinan tembaga. Julukan tersebut terbentuk dari sejarah panjang yang dimulai oleh Kiai Rogosasi, putra dari Amengkurat I, Kerajaan Mataram Islam. Kiai Rogosasi mendirikan Dusun Tumang, kemudian datanglah empu dari kerajaan yang memiliki keahlian di bidang kerajinan logam. Para empu lalu menyalurkan keahlian tersebut kepada masyarakat Dusun Tumang, hingga turun-temurun menjadi mata pencaharian masyarakat Dusun Tumang hingga saat ini. Namun dalam perkembangan zaman, muncul tantangan yakni kurangnya minat generasi muda di Dusun Tumang yang mempelajari keterampilan kerajinan tembaga. Mereka lebih memilih profesi sebagai pelaku marketing karena dianggap lebih mudah dan menjanjikan dari segi penghasilan. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan berkurangnya jumlah perajin di masa mendatang.

Pembuatan film dokumenter ini menggunakan pendekatan ekspositoris dan partisipatoris untuk menggali realitas kehidupan perajin tembaga di Dusun Tumang, serta memotret dinamika sosial dan ekonomi yang memengaruhi pilihan generasi muda. Proses produksi dilakukan secara langsung di lapangan, dengan mengedepankan sudut pandang perajin sebagai subjek utama. Peran produser berfokus pada pengorganisasian produksi, menjembatani komunikasi antar kru dan narasumber, serta memastikan setiap aspek produksi berjalan sesuai dengan tujuan dokumenter.

Hasil dari proyek ini berupa film dokumenter yang mengulik sudut pandang perajin di Dusun Tumang dalam menghadapi tantangan dalam perkembangan zaman. Tantangan tersebut yakni kurangnya minat generasi muda yang mempelajari keterampilan kerajinan tembaga. Proyek ini diharapkan dapat memberikan motivasi agar masyarakat Dusun Tumang kembali mempelajari kesenian kerajinan tembaga yang sudah mengakar di dusun ini.