Usahatani udang vannamei merupakan salah satu komoditas unggulan subsektor perikanan budidaya yang memiliki prospek ekonomi tinggi dan berkembang pesat di berbagai wilayah pesisir Indonesia, termasuk di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Namun, dalam praktiknya masih dijumpai permasalahan seperti fluktuasi hasil produksi, ketidakseimbangan penggunaan input, dan rendahnya kapasitas manajerial petani, yang berdampak pada efisiensi usahatani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usahatani udang vannamei di Kecamatan Rawajitu Timur, yang mencakup aspek teknis budidaya, biaya dan hasil produksi, pendapatan, serta efisiensi usaha dari sisi teknis, alokatif, dan ekonomis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang memengaruhi hasil produksi serta faktor-faktor sosial ekonomi yang memengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani. Data dikumpulkan dari 100 responden petani udang vannamei melalui survei dan wawancara terstruktur. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas Stochastic Frontier yang diestimasi melalui metode Maximum Likelihood Estimation (MLE), serta perangkat lunak Frontier 4.1.

Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa budidaya udang vannamei dilakukan dengan rata-rata luas lot tambak 2.290 M², menggunakan benur dengan kepadatan sekitar 39.400 ekor, dan menghasilkan produksi rata-rata sebesar 667,75 kg/MT. Biaya produksi total rata-rata sebesar Rp 22.292.927 per MT, dengan penerimaan rata-rata Rp 42.189.113 per MT, menghasilkan pendapatan bersih Rp  19.896 186 per MT. Nilai R/C Ratio sebesar 1,89 menunjukkan bahwa usaha ini sangat efisien dan menguntungkan.

Analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap produksi udang vannamei adalah benur, pakan, kapur pertanian, saponin, tenaga kerja dan waktu panen, Sementara itu, variabel pupuk urea dan luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Rata-rata efisiensi teknis petani adalah 0,888, yang berarti secara teknis sebagian besar petani telah cukup efisien dalam menggunakan input, meskipun masih terdapat ruang perbaikan sebesar 11,2%. Sebanyak 92% petani tergolong sangat efisien (TE ≥ 0,90). Rata-rata efisiensi alokatif sebesar 0,8571 dan efisiensi ekonomis sebesar 0.7613 menunjukkan bahwa belum semua petani mampu mengalokasikan input secara optimal sesuai dengan harga relatifnya, dan secara ekonomis masih dapat ditingkatkan hingga sekitar 26,84?ktor-faktor yang berpengaruh signifikan dalam menurunkan inefisiensi teknis adalah pendidikan (β = -0,9158; t<0 xss=removed xss=removed>