Afrizal Adi Prayoga. B0221001. 2025. Nama Rumah Makan Minang di Kota Surakarta: Kajian Toponimi. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alasan yang mendasari dilakukannya penelitian ini karena penamaan rumah makan Minang di Kota Surakarta menunjukkan gejala linguistik yang mencerminkan identitas budaya, strategi komunikasi, dan adaptasi sosial bagi para pemilik rumah makannya. Fenomena ini menarik diteliti karena belum banyak kajian toponimi yang secara spesifik mengkaji penamaan usaha kuliner Minangkabau dari perspektif sosiolinguistik dan sosio-onomastika.

Penelitian ini membahas penamaan rumah makan Minang di Kota Surakarta dalam perspektif toponimi dengan fokus pada dua rumusan masalah, yaitu: (i) bagaimana bentuk akomodasi bahasa dalam penamaan rumah makan Minang di Kota Surakarta? dan (ii) bagaimana motif penamaan nama rumah makan Minang di Kota Surakarta?

Tujuan penelitian ini mencakup dua hal, yaitu (i) mendeskripsikan bentuk akomodasi bahasa yang tercermin dalam penamaan rumah makan Minang di Kota Surakarta, dan (ii) mendeskripsikan motif penamaan yang digunakan pemilik rumah makan Minang di Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi dokumen pendukung. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Analisis linguistik dilakukan dengan pendekatan metode padan, padan referensial, dan padan translasional, serta menggunakan teori akomodasi bahasa dan teori sosio-onomastika sebagai landasan kajian toponimi.

Data penelitian ini berupa satuan lingual berbentuk kata dan frasa serta motif penamaan pada nama rumah makan Minang di Kota Surakarta. Sumber datanya adalah papan nama rumah makan dan informan pemilik rumah makan Minang di Kota Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua strategi utama dalam akomodasi bahasa, yaitu strategi divergensi dan konvergensi. Strategi divergensi banyak digunakan oleh pemilik rumah makan asli Minangkabau dengan menampilkan identitas budaya Minang secara eksplisit melalui bahasa dan simbol khas, sedangkan strategi konvergensi dominan pada pemilik non-Minang dengan memilih nama yang netral, adaptif, dan menarik secara pasar. Selain itu, motif penamaan rumah makan terbagi menjadi motif tunggal dan motif gabungan, seperti motif kedaerahan, kekeluargaan, harapan, komersial, imitasi, serta kombinasi dari beberapa motif tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa penamaan rumah makan tidak hanya bersifat linguistik, tetapi juga mencerminkan konstruksi sosial, identitas budaya, dan strategi adaptasi dalam ruang urban yang multietnis.