Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Daya tarik Monumen juang 45 Banjarsari sebagai destinasi wisata, (2) Upaya pemerintah Kota Surakarta dalam mengelola dan mengembangkan Monumen Juang 45 Banjarsari sebagai wisata sejarah, (3) Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan daya tarik monumen juang 45 Banjarsari (Monjari) sebagai destinasi wisata sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal terpancang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling dan time sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yaitu interaksi antara pengumpulan data dengan komponen analisis (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi) secara siklus. Hasil penelitian menunjukkan (1) Daya tarik Monjari terdapat pada nilai historisnya sebagai pengingat peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Surakarta yang divisualisasikan melalui bentuk monumen, patung pejuang dan relief menceritakan kronologi perjuangan. Nilai rekreasinya yaitu sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dengan berbagai fasilitas pendukung dan akses yang mudah. Ketiga daya tarik ini menarik wisatawan untuk berkunjung meskipun nilai sejarah monumen masih belum terpublikasi dengan baik. (2) Pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta mengalami kendala karena peristiwa kebakaran Pasar Legi pada tahun 2018 ketika jalan di sekitarnya dimanfaatkan sebagai lokasi pasar darurat. Adanya alih fungsi taman menjadi pasar barang bekas Pedagang Kaki Lima, menyebabkan keberadaan fisik monumen menjadi tertutup dan terabaikan oleh masyarakat. Pemerintah Kota Surakarta melakukan relokasi pedagang pada tahun 2006 dan melaksanakan revitalisasi tahun 2015-2016 untuk mengembalikannya sebagai RTH. Pengelolaan dan pengembangan Monjari dilakukan dalam bentuk pemeliharaan bentuk atau fisik, penambahan fasilitas dan publikasi secara online. (3) Pendukung Monjari sebagai destinasi wisata berupa aksesibilitas mudah, nilai sejarah kuat, statusnya sebagai cagar budaya dan dukungan penataan dari pemerintah kota. Penghambatnya adalah keterbatasan dana dari anggaran pendapatan belanja daerah, pengelolaan yang belum terintegrasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kurangnya tenaga pengelola dengan latar belakang sejarah serta daya tariknya yang dianggap kurang sepadan dibandingkan destinasi ikonik lainnya di Surakarta.