Bobot badan sapi Madura memiliki peranan yang sangat penting dalam manajemen usaha feedloot, timbangan digital merupakan alat yang digunakan untuk menentukan bobot badan sapi Madura. Akan tetapi tidak semua peternak mampu untuk membeli timbangan digital, sehingga dengan adanya hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada dapat dilakukan pendugaan bobot badan dengan rumus Schoorl. Hasil analisis sapi Madura jantan menunjukkan koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R²) yang bervariasi antar grade: Grade a memiliki korelasi sangat kuat (r = 0,99; R² = 99,57%), grade b (r = 0,91; R² = 83,84%), grade c (r = 0,82; R² = 67,93%), dan grade d (r = 0,91; R² = 84,39%). Secara keseluruhan, rata-rata koefisien korelasi mencapai 0,90 dengan determinasi sebesar 83,93%, menunjukkan bahwa rumus Schoorl secara umum dapat digunakan sebagai metode estimasi bobot badan sapi Madura, meskipun akurasinya menurun pada grade dengan keragaman morfologi yang tinggi seperti grade c. Hasil pendugaan tersebut memiliki korelasi yang signifikan dimana hasil dari koefisien korelasi menunjukan hubungan positif. Terdapat penyimpangan yang berisiko menimbulkan kesalahan harga jual, nilai penyimpangan menunjukan variasi di setiap grade yaitu grade a penyimpangan rata-rata sebesar 24,96%, pada grade b 18,37%, sehingga cenderung mengestimasi bobot lebih rendah dari aktual. Akurasi meningkat pada grade C dengan penyimpangan rata-rata 13,43%, dan paling akurat pada grade D denganpenyimpangan rata-rata –0,26%. Penyimpangan overestimate maupun underestimate dalam penggunaan rumus Schoorldisarankan hanya sebagai acuan awal untuk memperkirakan harga jual, sedangkan penentuan harga jual sapi sebaiknya tetap mengacu pada bobot badan aktual menggunakan timbangan digital guna menjamin akurasi bobot badan aktual.