RESPON STEK BATANG KRISAN TERHADAP LAMA AERASI DAN VITAMIN B1 PADA MEDIA AIR DENGAN SISTEM RAKIT APUNG. Skripsi: Elisa Nurrahmawati (H0721159). Pembimbing: Djoko Purnomo, MTh Sri Budiastuti, dan Endang Setia Muliawati. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Krisan (Chrysanthemum sp.) merupakan tanaman hias potong bernilai ekonomi tinggi dengan permintaan yang terus meningkat, sehingga diperlukan upaya perbanyakan bibit secara efisien. Metode stek menjadi pilihan karena lebih cepat dan mempertahankan sifat induk, meskipun terbatas oleh ketersediaan media dan bahan tanaman. Umumnya, budidaya krisan menggunakan media. tanah yang subur dan porous, tetapi ketersediaan tanah lapisan atas terbatas dan sering terserang patogen tular tanah. Sistem rakit apung menjadi alternatif karena lebih murah, praktis, dan dapat meminimalkan risiko serangan patogen tular tanah, namun menghadapi kendala berupa rendahnya kadar oksigen terlarut yang dapat menghambat pertumbuhan akar. Oleh karena itu, penggunaan aerator diperlukan untuk meningkatkan suplai oksigen, serta penambahan vitamin B1 guna merangsang pertumbuhan akar dan membantu tanaman menghadapi stres lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran lama aerasi dan pemberian vitamin B1 terhadap pertumbuhan dan keberhasilan perbanyakan bibit krisan melalui sistem rakit apung.

Percobaan dilaksanakan di Desa Karangasem, Kelurahan Kleco, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta pada Januari hingga Maret 2025. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan dua faktor, yaitu lama aerasi (8, 16, dan 24 jam/hari) dan pemberian vitamin B1 (tanpa dan dengan vitamin B1 konsentrasi 0,5 ml/L). Terdapat enam kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang empat kali, menghasilkan total 24 unit percobaan dengan 288 tanaman. Percobaan dilakukan di bawah naungan paranet dan plastik UV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rakit apung mampu menghasilkan tingkat keberhasilan tumbuh stek krisan sebesar 60-80%, dengan pembentukan kalus tertinggi mencapai 89,59?n pembentukan akar tertinggi sebesar 53,29%. Perlakuan aerasi 24 jam/hari dengan vitamin B1 memberikan jumlah akar, tunas, dan daun terbanyak, meskipun akar yang terbentuk lebih pendek, diduga akibat distribusi energi ke banyak titik pertumbuhan. Organ tumbuh paling lambat muncul pada perlakuan tanpa vitamin B1. Pertumbuhan kalus dan akar tercepat terjadi pada aerasi 8 dan 16 jam/hari dengan vitamin B1. Aerasi 16 jam/hari dengan vitamin B1 merupakan perlakuan paling optimum karena menghasilkan persentase keberhasilan pindah tanam tertinggi ke media padat.

Pada masa aklimatisasi di media padat, persentase keberhasilan tanaman hidup yaitu sebesar 45?ri 55 tanaman yang dipindah tanam. Jumlah daun cenderung menurun pada minggu ketiga, dan jumlah tunas tidak menunjukkan pertambahan, diduga akibat stres lingkungan saat proses adaptasi. Kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan sebagian besar tanaman mengalami kematian, mencerminkan ketidakmampuan fisiologis tanaman dalam beradaptasi sepenuhnya pada media dan lingkungan baru.