Penelitian ini mengkaji tentang fenomena catcalling sebagai bentuk pelecehan verbal yang dialami oleh mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana korban memaknai pengalaman catcalling dan dampak apa saja yang mereka rasakan setelah mengalaminya. Menggunakan pendekatan fenomenologi, penelitian ini menggali pengalaman subjektif korban melalui wawancara mendalam serta didukung oleh observasi lapangan untuk memperkuat data yang diperoleh. Pemilihan informan menggunakan jenis Purposive Sampling dengan kriteria informan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa catcalling bukanlah sekadar sapaan atau candaan, melainkan tindakan yang membawa dampak psikologis negatif bagi korban, seperti rasa terancam, risih, serta hilangnya rasa aman di ruang publik. Berdasarkan teori Interaksionisme Simbolik, pengalaman catcalling dipahami sebagai proses pembentukan makna melalui interaksi sosial. Korban membentuk persepsi terhadap dirinya dan lingkungannya berdasarkan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi tersebut, Temuan ini menegaskan pentingnya pemahaman bahwa catcalling bukan sekadar perilaku iseng atau lelucon, melainkan bentuk pelecehan verbal yang bisa memberikan dampak bagi para korbannya.