Pertanian menghadapi tantangan rendahnya pendidikan petani 75% hanya lulusan sekolah dasar (BPS,2023). Pada saat yang sama, penyuluhan sebagai bentuk pendidikan non-formal bagi petani dihadapkan pada keterbatasan jumlah tenaga penyuluh, yaitu sebanyak 68.099 orang untuk melayani 84.276 desa, yang menunjukkan bahwa rasio satu penyuluh satu desa belum terpenuhi ideal. Keadaan ini menyebabkan penyuluhan tidak optimal, dan terjadi kesenjangan informasi antar kelompok tani. Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor mengatasi dengan penguatan Pos penyuluhan desa (Posluhdes) yang melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda. Melalui pendekatan tersebut, dilakukan analisis terhadap kegiatan penguatan Posluhdes sebagai pusat informasi dalam melaksanakan pengadaan, penyimpanan informasi pertanian. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder, menganalisis peran, hubungan dan kepentingan antar-stakeholder dalam penguatan Posluhdes menggunakan alat analisis MACTOR, serta memberikan rekomendasi peran stakeholder terhadap keberlanjutan Posluhdes. Penelitian ini menggunakan metode deskfiptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data FGD, wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Penelitian mendapati penguatan Posluhdes melibatkan Kepala Desa, Ketua Posluhdes, BBPSIP, penyuluh pertanian lapang (PPL), AFACI, Kelompok tani, Perangkat Desa, Masyarakat, dan Mahasiswa sebagai stakeholder. Hasil analisis menunjukkan terdapat peran regulator, evaluator, koordinator, fasilitator, implementor, akselerator, partner, passive, dan opinion leader. Hubungan antar stakeholder dan kepentingannya menunjukkan potensi kolaborasi tinggi dan minim konflik. Hasil penelitian merekomendasikan peran strategis ke dalam kelompok stakeholder utama, pendukung dan marginal yang diperlukan untuk keberlanjutan penguatan Posluhdes sebagai pusat informasi pertanian.