×
Kebutuhan akan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta
masih menjadi isu karena belum memenuhi strandar minimum ketersediaan ruang
terbuka hijau pada sebuah kota yaitu sebesar 20?ri luas wilayah.
Revitalisasi Taman Balekambang menjadi sebuah
objek wisata terbuka
hijau di Kota Surakarta dapat menjadi salah satu bentuk
simbol eksistensi adanya kolaborasi antar aktor dalam melakukan pengembangan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kolaborasi antar aktor dalam pengembangan Taman
Balekambang sebagai objek wisata ruang terbuka hijau dan
mengetahui bagaimana proses pengembangan yang dilakukan pada Taman Balekambang
sebagai objek wisata terbuka hijau dengan pendekatan
studi kasus untuk memahami
secara spesifik kolaborasi dan perkembangan objek wisata
terbuka hijau yang dilakukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara dan observasi yang kemudian
diolah menggunakan triangulasi sumber dengan teori Strukrural Fungsional dari
Talcott Parsons dengan skema AGIL.
Pemilihan informan menggunakan teknik purposive
sampling. Hasil dari penelitian inj menunjukkan bahwa dalam pengembangan
Taman Balekambang sebagai objek wisata terbuka hijau berkolaborasi dengan
Pemerintah, Sanggar Seni, UMKM, dan masyarakat sekitar maupun pengunjung.
Adaptasi terhadap perubahan sehingga perlu adanya sosialisasi dan komunikasi
yang efektif, dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu menambah nilai fungsi
Taman Balekambang, meningkatkan jumlah pengunjung dan PAD. Implementasi dalam
mengintegrasikan sistem sosial dilakukan pengadaan koordinasi melalui forum
yang disediakan dan penerapan peraturan bagi seluruh pihak terkait dan tentunya
pemeliharaan pola dengan terus berkoordinasi, berkomunikasi, dan menjaga
hubungan yang baik antar aktor-aktor yang terlibat melalui forum yang
disediakan.