Kasus kekerasan seksual terhadap anak merupakan isu sosial serius yang sering kali tidak diungkap secara terbuka. Film dokumenter menjadi media yang relevan untuk membahas isu ini secara etis dan edukatif. Film dokumenter “Dalih dan Luka” mengangkat isu kekerasan seksual terhadap anak dengan fokus pada kondisi psikologi pelaku sebagai akar masalah tanpa mengurangi empati terhadap korban. Produksi dokumenter ini memiliki tujuan untuk menyajikan realitas sosial secara reflektif dan menjadi media edukasi melalui pendekatan visual yang diharapkan mampu membangun kesadaran masyarakat akan isu kekerasan seksual terhadap anak serta pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental pelaku maupun korban. Proses produksi dokumenter ini menggunakan pendekatan dokumenter psikologikal dengan kombinasi gaya ekspositori, poetik, observasional, dan reflektif. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai observasi, wawancara narasumber utama seperti pelaku warga binaan Lapas Kelas IIA Sragen, psikiater RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta, psikolog, dan keluarga korban yang kesaksiannya dijadikan sebagai bahan dasar narasi korban. Dari sisi teknis, penulis sebagai Director of Photography (DOP), bertanggung jawab menerjemahkan konsep narasi menjadi visual dengan menentukan shot size, angle, simbol visual serta ritme pengambilan gambar untuk memperkuat suasana batin dalam cerita. Hasil dari produksi film dokumenter “Dalih dan Luka” menunjukkan bahwa peran Director of Photography (DOP) tidak hanya pengambilan gambar secara teknis. DOP memiliki tanggung jawab dalam membangun narasi visual yang etis, bermakna, dan emosional. Pada produksi dokumenter ini DOP dituntut untuk dapat memvisualisasikan narasi yang telah dibuat oleh scriptwriter sehingga film dokumenter yang diproduksi sesuai dengan ide dan konsep yang telah disepakati bersama.