ROKOK KRETEKPutri Tsana Azzah NuhaV1122112Diploma III Komunikasi Terapan/Sekolah Vokasi/Universitas Sebelas MaretABSTRAKIndustri rokok kretek di Indonesia telah melalui perubahan mendasar, dariyang semula berakar pada praktik budaya dan nilai-nilai sosial, menjadiindustri modern yang berorientasi pada efisiensi dan keuntungan semata.Modernisasi ini tidak hanya mempengaruhi cara produksi, tetapi jugamengikis nilai-nilai luhur seperti sembogo, serta menyempitkan ruang hidupbagi para pelaku kecil buruh yang selama ini menjadi tulang punggungindustri. Dokumenter ini hadir sebagai upaya untuk merekam denyutperubahan tersebut secara jujur dan reflektif. Lebih dari sekadarpengarsipan, karya ini menjadi medium penyambung suara kelompok yangterpinggirkan akibat tekanan kebijakan fiskal, arus globalisasi, dan dominasiindustri besar. Tujuannya adalah mengangkat kembali makna kebudayaanyang terkandung dalam kretek melalui representasi visual yang jujur, etis,dan partisipatif.Proses penciptaan dokumenter ini terbagi ke dalam tiga fase utama: praproduksi, produksi, dan pasca produksi. Pada tahap awal, penulis melakukanriset intensif yang mencakup sejarah panjang kretek, dinamika regulasicukai, serta kondisi sosial para pelaku industri skala kecil. Proses produksidifokuskan pada pengambilan gambar kegiatan para petani hingga buruhlinting, wawancara dengan narasumber utama, dan penggambaran ulangtokoh-tokoh penting seperti Haji Djamhari serta nilai-nilai lokal sepertisembogo. Sementara pada tahap akhir, seluruh materi disusun melaluiproses penyuntingan naratif dan visual secara cermat, agar menghasilkandokumenter yang tak hanya informatif secara data, tetapi juga menyentuhsecara batin dan artistik.Karya ini menemukan bahwa modernisasi industri kretek membawadampak sosial-budaya yang tidak sederhana. Perubahan arah industri telahmenggeser nilai-nilai lokal, memperdalam kesenjangan, dan mengaburkanmakna budaya yang dulu hidup dalam keseharian masyarakat. Dokumenterini menjadi ruang bagi suara-suara yang lama terdiam untuk kembaliterdengar secara terhormat. Kesimpulannya, film ini bukan hanya alatpelestari budaya, melainkan juga cermin kritis terhadap arah pembangunanindustri nasional.