Film dokumenter yang berjudul “Jathil: Lakuning Pangreksa”.mengangkat kisah mengenai perjalanan panjang seniman Jathil sebagai seorang penjaga warisan yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan. Film ini memotret permasalahan modifikasi pakem, stigma sosial, dan permintaan penonton terhadap seniman Jathil. Menceritakan fenomena transformasi transformasi budaya dari sosok gemblak menuju Jathil perempuan zaman sekarang dan perdebatan identitas tokoh Jathil dalam kesenian Reyog Ponorogo pada era yang terus berubah. Dokumenter ini menjadi sebuah ruang dialog untuk para seniman, penonton, pemerintah dan perkembangan zaman.Laporan ini mendeskripsikan sekaligus mendokumentasikan proses pembuatan film dokumenter dari pra-produksi, produksi, hingga pasca produksi. Penulis naskah memegang peranan sentral dalam keseluruhan proses tersebut. Proses observasi didapatkan melalui studi pustaka dan observasi lapangan. Penulis menyusun treatment, storyline, dan interview guide untuk memastikan semua data yang didapatkan valid dan kontekstual sehingga dapat dikembangkan dalam struktur dan alur cerita dokumenter.Hasil laporan menunjukkan bahwa penulis naskah berperan dalam proses pembuatan film dokumenter dengan menciptakan alur cerita dan narasi yang sesuai dengan fakta di lapangan. Penulis naskah turut berperan dalam menjembatani data dan realita di lapangan dengan pendekatan visual sinematik. Peran ganda ini memungkinkan film menjadi sebuah karya yang tidak sebatas menjadi media penyampaian informasi, tetapi juga membangun kesadaran publik terkait pelestarian kesenian lokal.