Budaya organisasi yang berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal dapat membantu untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, menciptakan interaksi yang mendalam, menanamkan semangat saling bantu, serta dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Beberapa daerah di Indonesia masih banyak yang mempertahankan kearifan lokalnya, salah satunya Desa Lung Anai yang terletak di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Desa Lung Anai dihuni oleh Suku Dayak Kenyah Lepoq Jalan dan memiliki kearifan lokal yang masih hidup hingga saat ini yang mereka sebut dengan Pekuaq. Dalam lingkup pemerintahan, kearifan lokal Pekuaq dapat dilihat di salah satu aktivitas Pemerintah Desa Lung Anai yaitu musyawarah desa, terutama musyawarah desa yang menyangkut sosial-kemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengeksplorasi budaya organisasi Pemerintah Desa Lung Anai yang berbasis kearifan lokal Pekuaq Suku Dayak Kenyah Lepoq Jalan dalam kegiatan musyawarah desa. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal Pekuaq di Desa Lung Anai dalam kegiatan musyawarah desa mencerminkan tiga tingkatan dalam model budaya organisasi Schein yaitu artefak, nilai yang dianut dan asumsi dasar. Budaya ini tidak hanya tampak pada aspekaspek yang terlihat secara fisik (artefak), tetapi juga tertanam pada lapisan terdalam organisasi (nilai yang dianut dan asumsi dasar). Di samping itu, terjadi penyerapan antara budaya organisasi di Pemerintah Desa Lung Anai dengan budaya yang telah mengakar di masyarakat (Pekuaq), khususnya dalam kegiatan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Lung Anai seperti musyawarah LPPD dan LKPD, di mana musyawarah ini mengedepankan nilainilai partisipatif, kebersamaan, kolaborasi, dan mufakat sebagaimana yang terdapat dalam budaya Pekuaq. Selain itu, ciri khas budaya Dayak Kenyah Lepoq Jalan juga tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan musyawarah desa, mulai dari Amin Adat sebagai tempat pelaksanaan musyawarah, penggunaan songkok khas Dayak Kenyah Lepoq Jalan saat musyawarah, pemutaran instrumen musik Sampeq, hingga doa bersama sebelum dan setelah musyawarah, yang menunjukkan adanya sinergitas antara sistem pemerintahan yang modern dengan warisan budaya Suku Dayak Kenyah Lepoq Jalan di Desa Lung Anai. Meskipun demikian, baik masyarakat maupun perangkat Desa Lung Anai belum sepenuhnya menyadari bahwa budaya Pekuaq telah menjadi bagian dari tata kelola pemerintah desa, khususnya dalam praktik musyawarah desa, karena selama ini budaya tersebut hanya dianggap sebagai budaya sosial yang mengakar di masyarakat.