Penelitian ini bertujuan menganalisis pola komunikasi orang tua dalam memberikan edukasi seksual kepada remaja autisme di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian terdiri atas empat orang tua yang memiliki anak autisme memasuki usia remaja, yang ditentukan melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara semi-terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas penelitian ini mengacu pada triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif, yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang terjalin antara orang tua dan remaja autisme dalam edukasi seksual adalah pola komunikasi primer dengan model komunikasi linier. Keempat subjek penelitian memiliki kesamaan dalam memberikan edukasi seksual, yaitu menggunakan instruksi sederhana dan media yang mendukung pemahaman. Selama proses komunikasi berlangsung, remaja autisme tidak menunjukkan tanggapan kepada orang tua. Dalam model linier, orang tua berperan sebagai komunikator atau pemancar yang menyampaikan pesan mengenai edukasi seksual, sedangkan remaja autisme berperan sebagai komunikan atau penerima pesan. Gangguan dalam komunikasi ini disebabkan oleh hambatan yang dimiliki remaja autisme, yaitu kesulitan menerima dan mengolah pesan yang diterima. Penelitian ini juga menemukan bahwa materi edukasi yang diberikan dibedakan berdasarkan gender. Materi untuk remaja autisme perempuan adalah cara penggunaan pembalut, sedangkan untuk remaja autisme laki-laki meliputi kebersihan alat kelamin dan larangan memegang alat kelamin di tempat umum.