Uma Lulik di Desa Baricafa, Timor-Leste, merupakan bangunan tradisional yang merepresentasikan warisan budaya masyarakat setempat. Bangunan ini memiliki struktur kayu yang terdiri atas tiga komponen utama: kepala, badan, dan kaki menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem struktur dan konstruksi pada tiga bangunan tradisional Uma Lulik yang berada di Desa Baricafa, Timor-Leste, yakni Uma Lulik Bobasa, Pupul Luahomar, dan Kapitan Afaia. Fokus kajian diarahkan pada elemen-elemen struktural utama meliputi sistem pondasi, susunan tiang, sistem ikatan, lantai, dinding, dan atap. Secara spesifik, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem struktur dan konstruksi yang diterapkan pada masing-masing bangunan, membandingkan kesamaan dan perbedaan dari aspek teknik sambungan dan material lokal, serta menganalisis perilaku struktur bangunan terhadap pengaruh gaya aksial, momen lentur, gaya geser, dan lendutan, guna mengevaluasi kelayakan penerapannya pada struktur kayu tradisional Uma Lulik. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, melalui observasi dan dokumentasi lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga bangunan menerapkan sistem tumpuan jepit, tumpuan jepit terbatas, serta base isolator. Material utama yang digunakan adalah kayu lokal yang disambungkan dengan teknik sambungan tradisional tanpa pemanfaatan material modern seperti paku atau baja. Perbedaan utama terletak pada bentuk struktur bagian atas dan jenis pondasi, di mana K1 dan K2 memanfaatkan pondasi batu kali, sedangkan K3 menggunakan pondasi batu belah sebagai bentuk pelestarian tradisi lokal. Dari evaluasi kinerja struktur, K1 menunjukkan efisiensi tertinggi pada aspek momen lentur, gaya geser, dan gaya aksial, namun kurang optimal dalam pengendalian lendutan. K2 memperlihatkan performa yang relatif seimbang pada seluruh parameter, sedangkan K3 unggul dalam aspek kontrol lendutan meskipun efisiensi kekuatannya lebih rendah. Temuan penelitian ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara kekuatan struktur dan kontrol deformasi dalam perancangan konstruksi tradisional. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya pelestarian sekaligus pengembangan desain struktur kayu tradisional yang lebih adaptif terhadap tuntutan fungsional maupun kondisi lingkungan setempat