Nilai jual kerajinan seringkali bernilai jual rendah, salah satu penyebabnya adalah kurangnya kualitas bahan baku, yang dipengaruhi oleh sifat fisika bambu seperti kadar air, berat jenis, penyusutan, dan warna. Penelitian ini bertujuan mengkaji morfologi dan sifat fisika bambu kuning yang diperoleh dari Mojosongo, Surakarta, melalui metode survei lapangan dan analisis laboratorium. Sampel diambil dari satu rumpun bambu sebanyak 3 ulangan pada tiap 1 m dari pangkal ke ujung, dengan spesimen uji diambil pada setiap 50-60 cm. Pengujian dilakukan pada spesimen berukuran tertentu untuk mengetahui kadar air, berat jenis, penyusutan, dan perubahan warna pada tiga kondisi: segar, kering udara, dan kering tanur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bambu kuning memiliki perakaran simpodial, tinggi 11,5 m, diameter rumpun 106 cm, dan batang berwarna kuning bergaris hijau, berdiameter 7-8 cm. Percabangan muncul pada ketinggian 0,72-1,52 m dan dinding batang lebih tebal di pangkal. Kadar air segar bambu berkisar 96,54-115,85?n kering udara 14,17-15,74%. Berat jenis segara 0,54-0,61; kering udara 0,67-0,84; dan kering tanur 0,69-0,84. Penyusutan tangensial 7,91-14,64%, radial 10,25-15,03%, dan aksial 0,26-0,53%. Penyusutan total tangensial 9,96-16,35%, radial 11,82-15,59%, dan aksial 0,36-0,68%. Perubahan warna sangat jelas dengan nilai ∆ ????*> 5, dalam kondisi segar ke kering udara menunjukkan ∆ ????* sebesar 38,05 sedangkan dari segar ke kering tanur perubahan warna (∆ ????*) sebesar 37,82. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bambu kuning dapat digunakan sebagai bahan konstruksi tanpa perlu memisahkan bagian pangkal, tengah, dan ujung.