Gejolak politik seringkali terjadi dalam dinamika politik kawasan Timur Tengah. Gejolak terjadi pada 5 Juni 2017, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain atau yang disebut sebagai Negara Kuartet Anti Qatar menarik duta besarnya dari Qatar secara serentak. Tidak berhenti sampai disitu, Negara Kuartet Anti Qatar juga melakukan blokade diplomatik, jalur transportasi dan ekonomi kepada Qatar yang mengakibatkan ruang gerak Qatar menjadi terbatas, sulitnya barang dari luar Qatar masuk ke Qatar, dan kerugian ekonomi yang cukup besar. Turki yang melihat penderitaan Qatar tersebut kemudian berpihak pada Qatar dengan mengirimkan bantuan di bidang militer dan suplai makanan kepada masyarakat Qatar. Negara Kuartet Anti Qatar memberikan 13 poin tuntutan kepada Qatar untuk mengatasi krisis diplomatik yang terjadi, namun Qatar mengambil kebijakan luar negeri mendekat ke Turki dan tidak memperdulikan tuntutan tersebut. Pasca krisis diplomatik selesai di tahun 2021, hubungan Qatar dan Turki tidak serta merta selesai namun semakin menguat. Penelitian ini selanjutnya akan mengidentifikasi dampak krisis diplomatik terhadap penguatan kerjasama keamanan Qatar dengan Turki tahun 2017 hingga 2023 dengan melihat bagaimana proses pengambilan kebijakan luar negeri menggunakan konsep Rational Actor Model dan kepentingan nasional. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif untuk mengungkap alasan peningkatan hubungan Qatar dan Turki selama krisis berlangsung maupun setelah krisis berakhir. Hipotesis yang ditemukan dalam tulisan ini yakni penguatan kerjasama keamanan antara Qatar dengan Turki merupakan keputusan yang rasional dan berhasil memenuhi kepentingan nasional Qatar saat krisis berlangsung maupun setelah krisis berakhir.