×
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia,
salah satunya melalui komoditas hortikultura seperti kembang kol (Brassica
oleracea var. botrytis) yang bernilai gizi tinggi dan banyak
diminati masyarakat. Akan tetapi, produksi kembang kol di Jawa Tengah dalam
beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat teknik budidaya yang kurang
tepat, faktor lingkungan, serta serangan hama dan penyakit, sehingga
berpengaruh pada harga jual di pasaran. Selama ini peningkatan hasil sering
mengandalkan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintetis yang mahal dan berdampak
negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif berupa hormon
organik GSA (Giberelin, Sitokinin, dan Auksin) yang berasal dari bahan alami
seperti bawang merah, rebung bambu, dan air kelapa. Hormon ini berpotensi
meningkatkan pertumbuhan, hasil panen, serta kualitas kembang kol dengan cara
yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui teknik budidaya kembang kol dengan hormon GSA, menganalisis pengaruh
hormon terhadap hasil produksi, serta menghitung kelayakan usahatani.
Penelitian dilaksanakan di Desa Matesih, Karanganyar, selama 3 bulan dengan dua
perlakuan, yaitu kontrol dan pemberian hormon GSA pada masing-masing 100
polybag tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan hormon GSA
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan kembang kol, ditunjukkan
dengan bobot segar rata-rata 1.101 gram dan diameter bunga 13 cm yang lebih
baik dibanding kontrol. Produksi total mencapai 142 kg dengan harga jual
Rp14.000/kg, sehingga penerimaan usahatani sebesar Rp1.988.000 per musim tanam.
Biaya produksi mencapai Rp1.260.880 sehingga keuntungan bersih sebesar
Rp727.120. Analisis finansial menunjukkan nilai R/C ratio sebesar 1,57 yang
berarti usahatani layak dilaksanakan, nilai B/C ratio sebesar 0,57 yang
menunjukkan usaha memberikan manfaat, dan BEP (Break Even Point) baik
pada produk, harga, maupun penerimaan menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
sudah melebihi titik impas. Pemasaran produk melalui media sosial, dan pengepul
Desa Matesih. Kesimpulan dari kegiatan tugas akhir ini adalah bahwa budidaya
kembang kol dengan hormon organik GSA lebih menguntungkan dibandingkan kontrol,
terbukti dari hasil panen dan analisis kelayakan usaha yang positif. Dengan
demikian, penerapan hormon organik GSA dapat menjadi alternatif yang efektif
dan ramah lingkungan dalam meningkatkan produktivitas dan keuntungan usahatani
kembang kol.