Tujuan dari penelitian ini: 1) memahami dinamika perubahan sistem kerja pertanian dari gotong royong menuju sistem upah di Desa Genting, serta menggambarkan bagaimana buruh tani dan pemilik lahan memaknai serta memilih antara sistem upah harian dan borongan, 2) mengkaji bagaimana preferensi buruh tani terhadap sistem pengupahan borongan dan harian terbentuk, serta menganalisis bagaimana relasi sosial memengaruhi praktik pengupahan di Desa Genting. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Informan dipilih secara purposive, yang terdiri dari 3 petani pemilik lahan dan 7 buruh tani. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, dan tinjauan pustaka, kemudian dianalisis secara tematik dengan validasi triangulasi sumber. Penelitian ini menemukan dua model utama sistem pengupahan buruh tani di Desa Genting, yaitu harian dan borongan, yang berdampak berbeda pada efisiensi kerja, kualitas hasil, dan hubungan sosial. Buruh lokal cenderung memilih sistem harian karena lebih stabil dan mengandung nilai kedekatan sosial, sedangkan buruh luar desa memilih sistem borongan karena lebih cepat dan praktis meski hubungan kerjanya cenderung transaksional. Secara keseluruhan, pemilihan sistem upah tidak hanya dipengaruhi faktor ekonomi dan teknis, tetapi juga nilai sosial serta strategi keberlanjutan pertanian lokal.