Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi Prabowo Subianto terhadap arah kebijakan luar negeri Indonesia selama kampanye Pemilihan Umum Presiden 2024. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi kasus dan Qualitative Content Analysis (QCA) terhadap pidato, debat, wawancara media, serta dokumen visi-misi kampanye. Pendekatan idiosinkratik dipadukan dengan konsep populisme dan model kepemimpinan strongman untuk menelaah bagaimana karakter pribadi, latar belakang hidup, dan gaya kepemimpinan memengaruhi narasi kebijakan luar negeri Prabowo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara psikologis Prabowo memperlihatkan kombinasi kepribadian narsistik, gaya directive leader, serta kecenderungan sebagai low complexity thinker dan problem simplifier. Populisme dimanfaatkan sebagai instrumen elektoral untuk membangun koneksi emosional dengan rakyat, sedangkan gaya kepemimpinan strongman becorak militerisme dijadikan sebagai basis utama legitimasi kekuasaan. Narasi kebijakan luar negeri yang ia bangun sarat dengan simbolisme kekuatan, nasionalisme restoratif, dan proteksionisme ekonomi, yang terartikulasikan dalam lima dimensi utama: diplomasi dan kepemimpinan global, politik luar negeri bebas-aktif dan netralitas strategis, pertahanan dan kedaulatan nasional, kerja sama ekonomi internasional dan kemandirian, isu global dan kemanusiaan, serta sentralitas Indonesia. Dengan demikian, arah kebijakan luar negeri Prabowo cenderung pragmatis, berorientasi pada kekuatan, dan bersifat sentralistik, namun berpotensi menimbulkan turbulensi diplomatik akibat dominasi kepribadian dalam pengambilan keputusan.